Halaman:Tata Bahasa Minangkabau.pdf/189

Halaman ini tervalidasi

169

    kata frasa nominal yang mengikutinya maka kata yang pertama (di atau ka) berfungsi sebagai kata depan dan kata kedua (ateh 'atas' atau bawah 'bawah') sebagai kata benda. Misalnya:
    (170) Urang tu ka ateh.
    orang-itu-ke-atas
    'Orang itu ke atas'.
    (171) Kami ka bawah.
    kami-ke-bawah
    'Kami ke bawah'.
    (172) Adiaknyo di ateh.
    adiknya-di-atas
    'Adiknya di atas'.
    (173) Kakaknyo di bawah.
    kakaknya-di-bawah
    'Kakaknya di bawah'.

5.2.3 Kalimat

5.2.3.1 Pengertian Kalimat

Ditinjau dari sudut bentuknya, kalimat dapat berupa: kata, frasa atau klausa. Sesungguhnya yang menentukan satuan gramatikal itu sebuah kalimat atau tidak bukanlah unsur-unsur tersebut, melainkan intonasi dan pikiran yang diungkapkannya.

Kalimat adalah satuan terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh dengan diiringi intonasi yang disela oleh jeda dan diakhiri intonasi selesai. Jeda panjang yang mengikuti intonasi selesai itu memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi dengan arus ujaran atau teks berikutnya.

Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!) yang sepadan dengan intonasi selesai. Sedangkan jeda pendek yang terdapat di antara dua jeda panjang, antara lain ditandai oleh tanda koma (,), tanda titik koma (;), dan tanda titik dua (:) (Moeliono et al., 1988).

Berikut ini dicontohkan sebuah wacana yang terbentuk dari beberapa kalimat.

Lorong di Tuanku Rajo Mudo lah mangirim surek ilia mudiak. Inyo kamamancang galanggang tujuah ari tujuah malam untuak mancari