Halaman:Tata Bahasa Minangkabau.pdf/190

Halaman ini tervalidasi

170

     jodoh Puti Jailan. Lorong di urang banyak tu lalu basigap anyolai. Alah salasai tantang itu, muloitah urang di galanggang nan datang indak putuih-putuih.
    (Perihal Tuanku Rajo Mudo telah mengirimkan surat undangan ke seluruh penjuru. Dia akan menyelenggarakan keramaian tujuh hari tujuh malam guna mendapatkan jodoh Puti Jailan. Semua orang berpartisipasi mempersiapkannya. Setelah selesai persiapan mulailah, gelanggang tidak henti-henti didatangi orang).

Dalam wacana (teks) di atas, berdasarkan pengertian kalimat yang telah dikemukakan, ditemukanlah beberapa kalimat, yakni:

(1) Lorong di Tuanku Rajo Mudo lah mangirim surek ilia mudiak.
(2) Inyo kamamancang galanggang tujuah ari tujuah malam untuak mancari jodoh Puti Jailan.
(3) Lorong di urang nan banyak tu lalu basiap anyolai.
(4) Alah salasai tantang itu, mulailah urang di galanggang nan datang indak putuih-putuih.

Kalimat-kalimat yang lebih pendek juga dimungkinkan seperti contoh berikut.

(5) Bilo ang pulang?
'Kapan kamu pulang?".
(6) Kapatang.
'Kemarin'.
(7) Tuanko Rajo Mudo mambuek galanggang.
"Tuanku Rajo Mudo menyelenggarakan keramaian'.
(8) Untuak apo galanggang dinyo?
'Untuk apa keramaian baginya?".

5.2.3.2 Jenis-jenis Kalimat

5.2.3.2.1. Kalimat Berklausa dan Kalimat Tak Berklausa

Setiap kalimat terdiri atas dua unsur. Unsur pertama bersifat segmental (intonasinya, jeda, tekanan, dan sebagainya) dan unsur kedua bersifat segmental yang umumnya berupa klausa. Kalimat-kalimat (1), (2), (3), (4), (5), dan (7) di samping memiliki ciri suprasegmental juga memiliki satuan bahasa yang berupa klausa, sedangkan kalimat (6) dan (8) unsumnya tidak berklausa, tetapi berunsur frasa.