Halaman:Tata Bahasa Minangkabau.pdf/201

Halaman ini tervalidasi

181

1) Kata Tanya a(po) 'apa'

Kalimat berita dalam bentuk apa pun dapat diubah menjadi kalimat tanya dengan menambahkan kata tanya a(po) di awal, tengah, atau di belakang kalimat berita tersebut, tergantung perihal apa yang akan ditanyakan. Kata tanya a(po) biasanya digunakan untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan identitas. Perhatikan tiga kalimat berikut.

(47) Guru tu sadang maajaan ilmu bumi.
'Guru itu sedang mengajarkan ilmu bumi'.
(48) Mak Tuah mairik kabau.
'Mak Tuah menghela kerbau'.
(49) Mande Rubiah batanam bungo.
'Mande Rubiah bertanam bungan'.

Kalimat-kalimat berita di atas dapat diubah menjadi kalimat tanya (47) a, (48) a dan (49) a, dengan menggunakan kata tanya a(po) diakhiri kalimat ataupun (47) b. (48) b dan (49) b dengan a(po) di awal kalimat.

(47) a. Guru tu sadang maajaan a(po)?
'Guru itu sedang mengajar apa?'
b. A(po) nan sadang diajaan guru tu?
'Apa yang sedang di ajarkan guru itu?'
(48) a. Mak Tuah mairik a(po)?
'Mak Tuah menarik apa?'
b. A(po) nan diirik Mak Tuah?
'Apa yang ditarik Mak Tuah?'
(49) a. Mande Rubiah batanam a(po)?
'Ibu Rubiah bertanam apa?'.
b. A(po) nan ditanam Mande Rubiah?
'Apa yang ditanam Ibu Rubiah?*

Berdasarkan contoh di atas, maka kalimat (47) b. (48) b dan (49) b merupakan kalimat tanya yang dibentuk berdasarkan kalimat berita pasif dan selalu mendapatkan kata sambung nan 'yang'. Dengan demikian, jika kalimat berita aktif yang akan dijadikan kalimat tanya, kata tanya a(po) selalu digunakan di akhir kalimat; sedangkan jika kalimat berita pasif yang akan diubah menjadi kalimat tanya, kata tanya a(po) digunakan pada awal kalimat dengan tambahan kata sambung nan.