Halaman:Teman jang Djadi Kontra-Revolusioner Terpaksa Kita Tinggalkan.pdf/14

Halaman ini telah diuji baca

Saja melihat perkembangan dalam beberapa minggu jang terachir ini dari luar dan saja gandengkan dengan apa jang saja : dengar dan batja disuratkabar-suratkabar dari luar djuga. Memang mereka sudah gembira, ada jang sudah akan mengadakan selamatan, karena dianggapnja Pemimpin Besar Revolusi Indonesia sudah meninggal. Dan djangan dikira mereka itu isap djempol, tidak! Berita bahwa Pemimpin Besar Revolusi Indonesia sudah meninggal itu datang dari kalangan kita sendiri, entah oleh karena apa, entah karena ambisi orang, ambisi golongan atau ambisi partai. Sekarang mereka agak tertjengang lagi, oleh karena seolah-olah dapat dibuktikan, djuga oleh mereka sendiri, bahwa Pemimpin Besar Revolusi Bangsa Indonesia tetap segar bugar.

Sampai saja sendiri ragu-ragu, ini berita harus saja terima atau tidak. Voice of America pada suatu malam, djam 3 malam menjatakan, Presiden Sukarno dalam beberapa menit lagi sudah akan meninggal. Apa boleh buat saja kirim kawat kepada Pak Leimena pada itu waktu. Kalau berita suratkabar sadja tidak apa, tetapi ini Voice of America! Ini sekedar untuk menundjukkan kepada Saudara-saudara.

Maka dari itu, berulang kali saja katakan: Revolusi Indonesia masih belum selesai. Kita mengakui adanja kontradiksi-kontradiksi, kontradiksi sosial, kontradiksi ekonomi, kontradiksi politik. Tudjuannja, dasarnja sudah dilandaskan, kembali kepada Undangundang Dasar 45, Manipol/Usdek, Pantja Sila dengan segala keterangan dan pendjelasannja dan dengan segala adjaran dari Pemimpin Besar kita. Dan dalam melaksanakannja, kita mau tidak mau harus mengakui adanja das Sein.

Adanja dinasti ekomomi

Saja minta perhatian dari semua golongan — untuk menudju kearah perbaikan — djangan diadakan konfrontasi, djangan dipaksakan konfrontasi antara kita, mengingat kolonialisme-imperialisme selalu mentjari keretakan diantara kita. Ini ada Pak Hasan (Menteri P3) dan Pak Sumarno (Menko Keuangan), mereka itu diberikan tugas-kewadjiban jang maha berat, maha

12