Halaman:Tiongkok Baru.pdf/35

Halaman ini belum diuji baca

tidak dapat menoleh mentjari kawan, diseberang lautnja, ada Djepang, bekas pendjadjah dan pemeras dinegerinja. Hanja sadja jang terasa sangat aneh, ialah bahwa Korea Selatan harus berlindung pada Amerika Serikat, jang djarak antara keduanja ribuan mil. Lebih aneh lagi, jang Amerika dan ka- wan²nja merasa pada tempatnja, sudah mengirim tentara ke Korea itu, pada hal tiada bahaja sedikitpun jang akan mengan- tjam batas negerinja masing-masing. Oleh Korea Utara tidak akan terantjam dan oleh RRT pun tidak. Tapi rupanja begitu- lah sifat dunia ini. Isi dada jang tersembunji selalu dilempar- kan pada orang lain, agar maksud djahat jang disembunjikan dalam lubuk hati djangan ditjari orang padanja.

Lain halnja dengan RRT. Mustahil satu negara besar, sekalipun baru dua tahun umurnja, akan tetap tinggal ber- pangku tangan, kalau perbatasan negerinja sudah mulai di- langgar orang. (Ingat, pesawat Amerika sudah membom desa2 didaerah RRT). Bila dibiarkan, berarti hasil revolusi akan di- indjak2 orang kembali, dan rakjatpun akan merasa tertipu, bila pemerintah RRT membiarkan tentara asing mengindjak Tanah Airnja. Kalau begitu, sama sadja dengan Chiang Kai Shek. Begitu akan kata rakjat. Oleh sebab itu, satu tahun jang lalu 25 Oktober 1950 rakjat dengan serentak memperli- hatkan giginja, waktu Amerika sudah ditepi sungai Yalu. Dibentuklah pasukan sukarela. Perajaan satu tahun terben- tuknja pasukan sukarela itu, kami hadiri sendiri di Shanghai. Barang tentu Pemerintah tak dapat melarangnja.

Soal Tibet sendiri harus dipandang dari sudut persatuan dan keamanan belaka, bukan sekali2 soal expansi atau agresi, sebab dimasa pemerintahan Kuomintangpun, Tibet adalah ba- gian dari Tiongkok Raja hanja sadja tidak begitu diindahkan oleh Nanking. Sebaik RRT berdiri, Tibet harus mendjadi per- hatian dan karena itu dengan segala kebidjaksanaan masuklah Tentara Pembebasan Rakjat kesana. Bagi Tibet, jang selama ini diabaikan, kedatangan TPR itu berartilah satu keuntungan dan kemadjuan dan dipandang dari katjamata Peking, Tibet itu, bila tetap seperti sediakala, berartilah persatuan seluruh Tiongkok masih sumbing, karena satu suku bangsa besar tidak dibawa kedalam pergaulan masjarakat negara Tiongkok Baru.

Menurut pengalaman di Sovjet Russia, setelah revolusi Bolsjewik mendapat kemenangan, masih Ima pihak luar, kapi- talis-imperialis jang sekongkol dengan kaum reaksioner dan anti-revolusioner jang lari dari Rusia, terus menerus melakukan perlawanan dengan diongkosi oleh kapitalis-imperialis asing, seperti Inggeris, Perantjis, Amerika dan Djepang. Dari sebelah Barat dan Timur, malah dari Utara, mereka mentjoba mene- ruskan dan menghantjurkan kemenangan jang telah tertjapai. Berkat pimpinan Lenin jang bidjaksana, semua usaha tersebut tidak ada jang berhasil, sekalipun banjak pengorbanan jang harus diberikan, jang sedianja tidak perlu, bila adjakan damai dari Lenin diterima oleh negeri2 kapitalis Barat dan Djepang.

Kungchantang jang telah mendapat kemenangan di Tiong- kok sekarang ini pun tidak ingin, tidak suka dan merasa sedih, bila harus memberikan korban jang tidak perlu, artinja untuk mentjegah pengorbanan dan penderitaan rakjat, lebih baik di-