Halaman:Tjempaka Merah.pdf/10

Halaman ini tervalidasi

„Uang itu tertjetjer dihalaman rumah dekat tangga masuk! Lalu ditemukan oleh pelajannja. Dari pelajan ini reserse mengetahui tentang uang dari bank itu!”

Saja diam sedjenak. Otak sudah saja tjoba berpikir. Mungkinkah perampok² itu tergesa-gesa, atau mungkinkah suatu akal sadja?

„Uang bisa tertjetjer!" berungut saja dan kaki melangkah hilir mudik, seolah-olah masalah itu bisa terpetjahkan dengan langkah jang gelisah: Uang bisa tertjetjer! Engkau hendak membela, Haris?”

„Aku berkewadjiban, dan aku berkepastian bahwa dia tidak berbuat demikian!”

„Tidak sekongkol?”

Haris mengangguk. Sigaret dihisapnja kuat. Asapnja dikepulkan tinggi-tinggi.

„Tentang uang itu?”

„Bukan bukti njata, Niko. Mungkin perampok itu menaruhnja disana agar menghilangkan djedjak dan langgananku itulah jang tertuntut!”

„Atau membalas dendam, Haris!”

Haris diam sedjenak. Tiba² mukanja berseri dan dengan girang dia berdiri dan menepuk bahu saja.

„Ha, balas dendam! Mesti ada apa² dibelakang peristiwa uang itu! Mesti ada apa² dibelakang kehidupan Iskandar! Alangkah bodohnja!”

„Iskandar ?”

„Ja, langgananku itu, Niko ! Goblok benar kalau niat siperampok itu membalas dendam dengan tjara itu!”

„Dengan begitu,” sambung Haris sambil melipat harian² jang didepannja satu persatu: „mereka akan mentjekik lehernja sendiri!”

Ditulisnja beberapa baris perkataan pada buku tjatatannja, dan berdiri sambil menjandarkan diri pada dinding dan menjodorkan sigaret pada saja.

„Kita kerdja detective, Niko!”

***

10