Halaman:Tjempaka Merah.pdf/12

Halaman ini tervalidasi

,,Aa, bu, apakah dia, aa, saja maksud bakal tunangan saudara Iskandar itu seorang nona jang .........."

,,Ja, tuan! Dia anak nakal!"

,,Pastikah ibu?"

,,Saja bisa tahu dari tjara2 dia bengaul dan waktu kerumah ini saja tahu dengan njata, bahwa memang tidak lajak dijadi menantu saja !"

Sekali lagi Haris memandangi saja.

,,Namanja siapa, bu?" tanja saja.

,,Renny".

,,Reny, Reny, Renny!!" udjar saja mentjoba mengingatingat dan menjusun nama itu menurut utjapan jang lazim bagi logat barat. Tiba-2 timbul dalam pikiran suatu nona jang telah pernah saja kenal.

,,Renny, bu ?"

Orang tua itu mengangguk.

,,Ibunja turunan Djerman ?"

,,Menurut katanja!"

Haris dengan heran memandangi saja. Dia bertanja pada saja, apakah nona jang dibitjarakan itu pernah saja kenal.

Untuk djawabannja terpaksa harus saja buka rahasia jang telah lama saja lupakan. Entah apa jang hendak saja katakan kepadanja didepan ibu Iskandar. Tentu tidak akan mengenakkan perasaan orang tua itu. Djadi saja hanja berdiamkan diri sadja. Haris jang masih memandang tak saja pedulikan lagi.

Begitulah achirnja kami minta idjin pulang. Hingga dalam mobilpun Haris masih sekali-kali memandangi saja. Mungkin hendak ditanjakannja, sesuatu jang belum terdjawab dengan pertanjaannja mengenai nona Renny.

,,Niko!" tiba-tiba katanja sambil memperlambat djalan mobilnja: ,,Kalau engkau pernah kenal dengan Renny, djalan pemeriksaan kita berdjalan dengan lantjar. Pernahkah engkau kenal dia?'

{{gap}] ,,Dulu, Haris !"

,,Nah, itu baik! Tjeritakan, tjeritakan !"

,,Lebih baik djangan sadja! Karena itu merupakan love-

story!"

12