„Oo ........., kalau begitu engkau sadja untuk mempermudah djalan pemeriksaan! Engkau jang harus menjelidiki keadaan jang berhubungan dengan nona Renny!’
„Aku tak mau ! Sebab, ja, sebab ada sesuatu jang menjebabkan aku berkata tidak mau!”
Haris berdiamkan diri, Mobil masih meluntjur terus, hingga memasuki djalan Werkudoro. Mobil dihentikan, dan Haris turun dari mobil.
Sebuah rumah jang bagus, kalau tidak salah bernomor 16, berdiri ditempat jang dikelilingi pagar dinding berdiri di depan kami dengan megahnja. Dinding rumah bertjat putih dibagian atas, sedang bagian bawah kelabu. Seluruh halaman penuh rumput dan bunga-bungaan. Bagian samping dan belakang rumah terletak halaman jang luas serta penuh dengan tanaman pohon kopi dan bertjampur dengan pinetrees, chipres dan beberapa pohon-pohonan lagi, hingga pada siang hari itu tampak rindang serta agak kegelapan.
Puas sudah rumah itu saja pandangi. Memang indah mengaturnja, karena letaknja pada djalanan jang agak ketinggian, persis seperti letak rumah Iskandar.
„Rumah siapa, Haris?”
„Turun, Niko! Kita mulai hari ini dan kewadjiban disini!”
„Aku belum pernah kenal dengan penghuninja!”
„Engkau tadi mengatakan sudah pernah, hanja tidak mau bertjerita mengapa telah terdjadi love-story!”
„Renny?”
„Ja, nona Renny! Harus kau ingat, dia tunangan Iskandar !”
„Tapi, Haris.........”
„Tak ada tetapi! Kewadjiban perkumpulan kita, Niko!” kata dia sambil memegang lengan saja dan terus ditariknja arah masuk halaman rumah itu.
Saja hanja bisa menggerutu sadja sepandjang halaman arah pintu rumah itu. Perintah ini memang tak bisa dibantah dan disangkal. Satu-satunja pula jang penting, ialah memudahkan polisi untuk menggulung pendjahat2 serta menolong Iskandar dari tuduhan polisi.
Bagi saja?
13