Halaman:Tjempaka Merah.pdf/21

Halaman ini tervalidasi

ketjil itu. Haris tampak gelisah sekali, meski pada mukanja jang tenang itu seolah-olah tidak ada apa-apa jang patut digelisahkan. Tetapi saja bisa menangkap kegelisahan hatinja.

Lama saja kira hal itu berdjalan. Bagaimana achirnja, dan apa hasilnja dengan menjelidiki rambut dan benang, itu semua tak saja pedulikan. Pekerdjaan jang mendjemukan bagi saja. Lebih baik mengisap sigaret jang disodorkan Haris kepada saja tenang-tenang.

Sekonjong-konjong Robinson berteriak kegirangan. Haris dan saja sekaligus berlompatan mendekatinja. Entah apa jang menarik hati saja ikut² melompat ke Robinson itu. Mungkin karena rasa ingin tahu saja sadja.

„Tahukah saudara Haris, ini rambut seorang Eropah, tetapi dari hitam jang melekat disana-sini, njata bukan dari Eropah aseli. Dia seorang peranakan! Seorang Indo kalau disini boleh saja sebutkan! Ukuran rambut ini menjatakan pula bahwa orang jang mempunjai rambut ini tingginja kira² seratus tudjuh puluh dua centimeter. Ja, sekian !”

„Bagaimana saudara bisa tahu?” tanja saja keheranan melihat ramalannja itu.

„Besar rambut dapat dibuat pedoman untuk mengira-ira tinggi orangnja!” djawab Robinson tersenjum manis. Malu rasanja mendengar djawabannja itu.

„Itulah saudara!” sambungnja pula: „Ternjata orang jang berbadan tinggi djuga. Orang ini umurnja kira² persis seperti saja. Dan, tentang benang, benang ini dari wool aseli. Wool jang mahal harganja, saudara Niko!”

Saja mengangguk. Sambil tersenjum djuga sebagai Robinson sendiri.

„Badju orang jang dipegang oleh siterbunuh telah robek sedikit. Warna badju itu tjoklat muda, terbuat dari wool. Mungkin waktu siterbunuh hendak dibunuh, dia berkelahi dulu, atau memegang badju pembunuhnja.”

„Mungkin berkelahi!” udjar saja menengahi kata² Robinson.

„Bagaimana engkau berkepastian begitu !”

„Aku katakan mungkin, Haris! Sebab, kalau tidak berkelahi, mungkinkah Chen Jie sampai membawa rambut tiga helai dalam tangannja?”

21