Halaman:Tjempaka Merah.pdf/27

Halaman ini tervalidasi

III. PENGEDJARAN DIPELABUHAN

ESOK harinja, saja, Haris dan Manuel telah hadir dipelabuhan kota.

Sebuah pelabuhan dagang jang besar dengan kapal luar dan dalam negeri. Sebuah kapal Djepang, „Hinomaru”, telah siap untuk mengangkuti besi-besi tua itu ke Djepang. Besi² tua jang terserak disana banjak sekali, malah sebagian ada jang terendam air laut.

Sebenarnja, pekerdjaan itu dimulai dari sini. Siapa-siapa jang harus ditjari diantara sekian banjak pegawai, pekerdja² dan orang-orang biasa jang berdjalan mondar-mandir atau pedagang² dan tengkulak² jang berada dipelabuhan itu. Diantara ratusan manusia jang disana itu, salah seorang sadja dulu jang harus kami tjari. Siapa? Persis seperti mentjari djarum jang terdjatuh kedalam setumpukan djerami.

Beberapa mobil jang berderet didepan restaurant jang banjak terdapat disana, disekitar daerah pelabuhan, itu harus pula mendjadi perhatian kami. Sebab, Chen Jie mati disalah satu tempat jang kemudian diangkat dengan salah sebuah mobil dari daerah pelabuhan sini. Dari mobil jang mengangkutnja itu dia dilempar kedalam rumahnja lewat djendela.

Mobil jang mana diantara sekian banjak itu? Mungkinkah jang sedang diparkir diudjung djalan itu? Ataukah jang sedang berhenti didepan restaurant „Modern” ditepi laut itu ? Ataukah djedjak pembunuh itu bisa ditjari dari dalam gudang jang terbuka pintunja itu?

Semua tak bisa didasarkan atas kira² sadja, karena hanja akan memakan tenaga dan tempo. Satu²nja djalan hanja mentjari djedjak pembunuh itu dari mulut orang² jang berada disekitar pelabuhan.

„Niko,” kata Haris setelah kami bertiga duduk didalam restaurant „Modern” sedang Nash Haris diparkir diluar:

27