memakan djiwa. Engkau tahu, bahwa gerombolan jang sedang mentjampur adukkan peristiwa perampokan dengan Iskandar adalah gerombolan perampok dan pembunuh! Mungkin akupun akan djadi korban !” dia berhenti sampai disini karena pelajan itu membawa minuman kehadapan kami. Setelah itu dia berdiri lagi dipintu sebagai tadi. Terpaksa Renny memberi isjarat untuk pergi.
„Hal itu tak usah kau pikir, Renny, karena kami sanggup melindungi engkau!”
„Engkau dan Mr. Haris ?” tanjanja tersenjum pahit: „Seorang pengatjara sanggup melindungi djiwa seseorang?”
Saja berdiamkan diri. Hendak saja katakankah bahwa ini dari Tjempaka Merah, jang hendak membongkar peristiwa perampokan dan pembunuhan? Hendakkah kukatakan bahwa penjelidikan itu kami lakukan karena untuk membongkar rahasia komplotan bandit, sedang alasan kami pada Renny hanja untuk membela Iskandar dimedja hidjau? Teringat saja pada pesan Haris, bahwa seorangpun tak dapat dipertjajai dalam peristiwa apa sadja jang sedang dalam taraf penjelidikan. Djadi pada Renny-pun hal ini tak dapat saja katakan.
Renny masih memandangi saja jang berdiamkan diri sadja.
„Tidak, Niko! Bukan seorang pengatjara jang bisa melindungi djiwa orang, selain polisi atau . . . . . . . .detective, Niko! Bukankah engkau dan Mr. Haris bukan detective?”
Tersirap darah saja. Renny hendak menjelidiki sajakah? Ataukah memang dia bermaksud memantjing? Mata saja djadi liar. Saja pandangi sekeliling tempat duduk kami, dan diudjung sekali, pada sudut rumah tampak bajang? seorang laki-laki jang berdiri: bentuknja persis seperti pelajan!
Ja! Pelajan Renny mengintip dan mendengarkan pembitjaraan kami, terutama kata-kata saja! Tentu ada apa-apa jang tidak beres disekitar sini. Mengapa Renny bersifat memantjing dan pelajan itu mendengarkan? Mungkin pulakah saja nanti akan dipukul orang disini ?
Sebab itu saja berdiri lambat² hendak menjediakan pistol ketjil jang tersedia disaku.
30