,,Hendak kemana, Niko ?" tanja Renny.
,,Ah, mau ambil sigaret! Engkau merokok, Renny?"
,,Tidak!" djawabnja.
,,Ah, sajang! Kalau begitu akupun tak merokok!"
,,Tak apalah! Duduk kembali! Kuulangi lagi perkara tadi, Niko. Dapatkah engkau melindungi aku, meski engkau bukan polisi, atau engkau bukan detective. Kan begitu?"
Saja tersenjum. Sambil melirik arah bajang2 pelajan, saja djawab:
,,Mengapa tidak? Tiap orang mempunjai kekuasaan untuk melindungi djiwa orang lain jang dalam bahaja. Bukankah itu sudah kewadjiban? Saja kira tak ada orang mengganggu engkau, Renny!"
Dia tersenjum. Dipandangnja saja tenang, seolah-olah hendak diterobosnja dada saja ini untuk mengetahui apa jang tersimpan didalamnja. Pembitjaraan kami selandjutnja berkisar pada soal sehari-hari. Terutama kedjadian jang lalu. Bajang pelajan sudah tidak ada lagi. Tetapi tangan saja bersedia sewaktu-waktu untuk menarik pistol dari dalam saku.
Kemudian saja minta idjin untuk pulang, karena nanti malam harus bekerdja dipelabuhan. Malam itu djuga saja dan Manuel telah ada didaerah pelabuhan. Tudjuan kami sekarang daerah jang penuh besi tua, didekat kapal Djepang,,Hinomaru."
Disana banjak tempat gelap. Sebuah warung jang lumajan besarnja berdiri menempel pada sebuah gudang kosong.
Saja masuk berganti-ganti dengan Manuel. Tiga orang jang duduk sambil makan dan minum. Saja duduk didekat tempat pendjual, dan Manuel diudjung jang lain. Mulailah saja tanjakan keadaan warungnja, keadaan sekitar pelabuhan, dan saja tjeritakan seperti saja ini termasuk orang pelabuhan djuga.
,,Wah, sungguh, bung! Achir² ini tampak sibuk sekali disini! Habis, kapal Djepang itu jang bikin ribut !"
,,Bikin ribut apa, bung!"
31