apa jang hendak saudara² lakukan. Baik! Sekarang harus menurut perintah saja!"
Haris memandangi saja. Topeng kami ini jang menarik perhatian Fadholie.
,,Ja, saudara menang !" kata Haris tersenjum dari balik topengnja dan memandangi muka Fadholie dengan matanja jang menjembul dari balik topeng:,,Saudara menang! Tetapi, hingga kini djangan dikira saudara menang sama sekali! Tidak! Lihat diluar! Kawan kami mengepung saudara dengan sendjata lengkap!"
Fadholie melihat arah djendela dengan ragu². Kemudian pandangannja diarahkan pada kami kembali.
,,Apa maksud saudara dengan menjergap saja ini! Hendak meminta uang ?" tanjanja.
,,Haha, lutju sekali! Tentu uang rampokan dari bank itu belum habis sama sekali!"
,,Apa maksudmu!" teriaknja dengan takut.
,,Uang dari bank!" udjar Haris tersenjum menakutkan: ,,Dan pistol German Luger jang ditangan saudara itu jang menjebabkan kami kemari! Nah, tiga butir telah lari, tinggal tiga butir peluru lagi. Kami tidak sajang pada djiwa kami. Djumlah kami banjak, saudara bersendiri. Tiga butir itu hilang, belum tentu njawa kami tumpas seluruhnja! Tapi, saudara akan tumpas! Tidak, saudara Fadholie, kami tidak bisa mati seperti Chen Jie !"
Chen Jie !" Haris tersenjum, Djeratnja mengena, meski keadaan kami terbalik. Muka Fadholie tampak putjat sekali.
,,Saudara² memeras saja!"
,,Tidak !" djawab Haris: „Kami hanja ingin pengakuan saudara, dan ingin keadilan atas ini. Bukankah saudara jang membunuh Chen Jie dengan pistol Luger itu?"
Fadholie berdiamkan diri. Diatjungkan lebih tinggi pistol jang ditangannja.
36