IV. PERISTIWA DIRUMAH RENNY.
„BAIKLAH; tjukup kematian Fadholie ini menggelisahkan kawan-kawannja!” kata Haris ketika saja dan dia sedang duduk² didepan rumah saja.
„Kita sekarang mentjari orang jang berbadju wooltjoklat seperti kata Robinson dulu! Salah seorang diantara Hamid dan Fatah. Kau tjatat alamatnja, Niko?” Saja mengangguk.
„O ja,” sambung Haris: „Terang sudah kalau German Lager jang dipegang Fadholie itu untuk membunuh. Pertama karena pelurunja sama dengan jang mengenai kepala Chen Je, kedua, bekas tjatjad slagpen jang mengenai kepompong peluru sama dengan bekas tjatjad kepompong peluru jang kau temukan dalam mobil!”
„Apa tindakan kita sekarang, Haris?”
Dia tersenjum dan memandangi saja tenang-². Entah apa jang hendak dikatakannja maka soal itu didahului dengan senjuman. Dengan ragu-² saja tunggu keterangannja.
„Pekerdjaan kita sekarang didalam kota ini sadja dulu! Engkau harus sering kerumah nona Renny! Awas, dia tunangan Iskandar! Djangan mata gelap !”
„Gila engkau!” kata saja marah mendengar godaannja itu. Tiba-² teringat akan peristiwa diintai pelajan dahulu. Hal segera saja tjeritakan pada Haris. Tampak sekali dia tertarik pada tjerita saja itu. Kemudian dia tersenjum-senjum, dan mondar-mandir diberanda depan rumah.
„Hal jang mudah tertjapai! Mudah untuk suatu penjelidikan dalam peristiwa ini, Bagus, Niko, pekerdjaanmu bagus ali! Nanti petang engkau harus kesana djuga! Ingat, jangan lupa bahwa njawamu masih diintai orang! Musuh kita, Niko!”
Petang itu djuga saja sudah hadir dirumah Renny.
Kali ini sungguh-² dia saja akui ketjantikannja. Mungkin
41