V. PESTA
PAGI ini kabut masih menutupi djalan. Sepandjang djalan Werkudoro tampak suram oleh kabut. Remang² sadja. Tetapi pada pagi sedemikian itu saja telah hadir disana, didepan rumah nomor 16, rumah Renny.
Rumah itu masih tertutup. Hanja lampu depan sadja menjala. Djas jang saja pakai terpaksa saja naikkan kerah lehernja untuk menahan dingin. Setelah sedjenak saja pandangi rumah itu, barulah saja masuki halamannja dan mengelilinginja dari balik² pohon²an serta tumbuh-tumbuhan jang tumbuh pada halaman itu. Pada bagian agak belakang, dimana pokok² kaju tumbuh dengan lebatnja, terutama pohon kopi, lebih mudahlah bagi pekerdjaan saja untuk mengintai isi rumah.
Lama-kelamaan embun menguap djuga. Sinar matahari menerangi rumah, dan djendelanja sudah dibuka orang. Tak tampak Renny, tetapi orang asing bagi saja jang tampak. Orang laki² bermuka seperti Indo Belanda.
Orang ini tak pernah saja djumpai sebelumnja, baik diluar maupun didalam rumah itu. Mungkin karena letak saja dan dia berdjauhan hingga tidak terang mata melihatnja. Mungkinkah dia anggauta gerombolan pendjahat jang menjergap saja dahulu? Mungkin demikian! Dimanakah Renny kalau demikian? Mengapakah orang asing dan orang laki itu hadir dirumah Renny? Ditjulikkah Renny?
Kalau memang ada ketidak beresan terhadap Renny, maka kewadjiban sajalah untuk menjelidiki peristiwa itu. Djalannja hanja memasuki rumah itu setjara sembunji². Biarlah risikonja untuk itu besar, tetapi saja wadjib mendapat keterangan duduk perkaranja tentang pemukulan terhadap kepala saja. Itulah jang menjebabkan saja terus sadja memasuki rumah Renny, jang kini berpenghuni asing bagi saja itu.
50