Halaman:Tjempaka Merah.pdf/51

Halaman ini tervalidasi

Dengan tjara sembunji² dan mengurut sepandjang semak² belukar dan semak² bunga jang ditanam urut djalan rumput jang menudju belakang rumah, dimana sebuah pintu belakang tertutup, achirnja sampailah saja pada pintu belakang.

Pintu itu tidak terkuntji, meski tertutup. Mudah dibuka dengan tiada menimbulkan suara sedikitpun.

Kalau pintu ini tidak terkuntji, tentu ada apa²nja. Sebab, dikota tidak boleh dikata tidak ada pentjuri. Sedangkan pintu tidak terkuntji. Mestilah harus ada pendjaga jang mendjaga pintu itu tiap malam, atau memang rumah itu baru kemasukan pentjuri, atau pula tersedia buat mendjebak saja.

Dari ketiga alasan itu, pertama dan ketiga jang masuk akal karena alasan jang saja pakai itu, maka tanganpun harus selalu memegang trekker pistol.

Sunji sadja corridor jang saja masuki.

Dua buah kamar telah saja lalui. Pintu kamar tertutup semua. Kemudian beralih pada kamar ketiga. Kamar mandi kiranja, karena terdengar air jang ditjurahkan serta siul-siul ketjil dari seorang laki². Tak salah lagi, tentu dialah orang jang terlihat didjendela tadi. Dengan berdjingkat-djingkat langsung menudju kamar sebelahnja jang memang tidak pernah ada pintunja, hanja tertutup dengan tirai tebal. Setelah saja masuk, sampailah pada kamar dimana saja dipukul orang dulu. Pintu dengan sekali putar knopnja terbuka lebar-lebar. Pistol sudah tersedia.

Renny !

Heran sungguh bagi saja. Dia tampak terkedjut karena pintu jang saja buka dengan tiba-tiba itu.

„Niko !“ udjarnja dengan keheranan. Lebih2 heran saja melihatkannja itu.

„Renny !“ kata saja sambil mendekatinja dan memperhatikan dari udjung kepala hingga udjung kakinja; sambung saja : „Apa kabar dengan engkau ?“

„Baik, Niko, meski harus bertjerita kepandjangan !“ djawabnja. Tiba² teringat saja pada orang jang dikamar mandi. Orang laki² itu !

51