,,Orangnja berkulit putih ?" tanja saja, karena teringat pada orang jang mandi tadi.
Renny mengangguk.
Dari luar terdengar langkah orang dan pintu jang dibuka.
,,Orangnja disini, Renny! Engkau tahu, dan sajang sekali bahwa tjeritamu belum habis! Nah, itu dia, habis mandi !"
,,Engkau tahu?"
Saja mengangguk.
,,Hanja itu dulu jang hendak kuketahui, dan sekarang aku pergi dulu lewat djendela kamarmu ini !" kata saja kemudian setelah mendengar langkah orang diluar mendekat.
,,Aku belum selesai bertjerita, Niko!"
Tangan saja sadja jang memberi djawaban sebagai isjarat agar dia diam.
,,Niko!" udjarnja pula ketika saja melangkahkan kaki hendak keluar djendela. Takut saja akan suara Renny jang keras sebagai berteriak itu. Ketika kaki akan keluar djendela, sebagai disambar petir sadja saja dengar suara seorang laki² jang keras:
,,Niko Djangan engkau bersusah pajah melalui djendela ! Dan djangan mentjoba menembak !" kemudian dia tertawa.
Pada ingatan saja pernah saja dengar suara itu, tetapi muka saja belum saja palingkan padanja. Dalam pikiran masih ragu, bagaimana usaha saja nanti bila ternjata orang itu musuh jang harus ditakuti.
Dengan perlahan-lahan muka saja palingkan.
,,Astagaaaa!" teriak saja kegirangan dan menarik surut kaki jang hendak keluar djendela dan mendekati orang Indo itu: ,,Engkau disini, Jansen !" Kami berdua tertawa terbahak Renny hanja tersenjum-senjum. Setelah selesai saja dan Jansen berdjabatan tangan, saja pandangi Renny dengan ragu². Mengapa Jansen dirumah ini? Dan tentu tidur pula disini? Renny djuga heran barangkali karena kami sudah berkenalan.
Agaknja ketidak-enakan pada muka saja itu terbajang pada Jansen, dan dengan tersenjum dipandanginja saja sambil menggeleng-gelengkan kepala.
54