„Sediakan pistolmu, djago tembak! Engkau harus menggunakan baik² sendjatamu!”
Kemudian dia mengadjak kommissaris Dahlan berdiri sambil bertjakap-tjakap dan menudju tempat Renny dan Iskandar serta Walter jang berdiri dekat karangan bunga.
„Para hadirin!” udjar Haris lantang hingga jang hadir tak mengeluarkan suara sedikitpun karenanja, disambungnja kata-katanja: Kepulangan tuan Iskandar inilah jang dirajakan sebagaimana isi undangan! Kami tahu, bahwa dia tidak bersalah! Saja sebagai pengatjara berhasil menginsjafkan polisi bahwa dia tidak bersalah, dan sebelum perkaranja kekehakiman, dia telah bebas! Inilah kommissaris Dahlan jang djuga turut hadir, jang membuat djasa atas kebebasan tuan Iskandar, meski sedikit harus didalam pengawasan!”
Hadirin bertepuk tangan. Tepuk tangan terhadap Haris dan terhadap Kommissaris Dahlan.
„Hadirin jang terhormat!” sambung Haris lantang pula: „Kebebasan tuan Iskandar malah lebih dari itu! Sebab, kini njata sudah, bahwa jang harus dimasukkan pendjara adalah orang lain, siperampok dan pembunuh besar! Kami sudah tahu, siapa² mereka itu. Nona Renny dan tuan Iskandar mengetahui bahwa dibelakang lajar perampokan bank tempoh hari adalah perbuatan disebabkan tjinta!”
Sekali ini pandangan saja tertudju pada Walter. Dia sudah gelisah. Sebentar² saputangan dipakai untuk mengusap keringatnja.
„Hadirin!” sambung Haris pula: „Orang jang berdiri dibelakang lajar itu dapat dibuka rahasianja dengan saksi² kuat dari nona Renny dan tuan Iskandar sendiri. Dan orang itu,” Haris berhenti berbitjara sedjenak, pandangannja dikelilingkan, suatu isjarat bagi kami, terutama saja jang dikenal kawan² saja dulu sebagai penembak jang tepat dan tjepat, sudah bersedia-sedia, sambungnja pula sambil tersenjum tapi senjum kedjam: „orang itu disini! Ja, disini, disamping saja!”
Belum selesai keheran-heranan para hadirin, tiba² Walter sudah mengeluarkan browningnja ditudjukan pada Haris dan kommissaris Dahlan.
58