saja tolak, tetapi Haris bertetap hati untuk menindakkan pekerdjaan jang dipertanggungdjawabkan dengan njawa.
Esok paginja Razak bebas.
Tetapi reserse² selalu mengikutinja, barangkali dalam hal ini dapat ditangkap anak buah Han atau anak buah Walter.
Pada malam berikutnja, „Bank Perindustrian” di Djalan Batanghari kemasukan perampok, dan dengan hasil jang lumajan. Limaratus ribu rupiah hilang dari peti besi. Polisi geger pada pagiharinja.
Tetapi saja, Manuel dan Haris beserta kommissaris Dahlan dan beberapa kalangan-atas kepolisian tidak mentjari berita. Hal inilah termasuk rentjana.
Saja dan Manuel jang membongkar bank itu!
Harian² memuat gambar besar tentang perampokan, djuga djalan jang dipakai perampok.
Belum reda berita ini, „Bank of Manilla & Philippine” dibongkar! Beberapa ribu rupiah hilang.
★★★
„Bagaimana, Haris, seluruh djalan ke-bank² didjaga polisi bersendjata! Hal ini terpaksa tak dapat kulakukan!” kata saja pada Haris ketika kami duduk² dikantornja.
„Engkau tidak berani?”
„Bukan begitu, tetapi untuk membongkar bank selandjutnja, harus kubutuhkan tembak-menembak dulu. Seumpama itu mengenai polisi apakah termasuk rentjana kita?”
Haris berdiamkan diri.
Lama djuga dia termenung itu.
„Sudah kau djatuhkan potretmu dalam perampokan kemarin dulu?”
Saja mengangguk.
„Baik!” udjarnja: „Sedjak kini, harus kau pakai dua buah pistol! Jang satu berisi obat sadja, dan jang satunja peluru betul-betul! Kalau engkau diburu, engkau harus menembak polisi dengan peluru obat, sedangkan dalam keadaan bahaja, engkau harus memakai peluru sungguh-sungguh! Bagus, sekarang kita mulai.
67