VIII. PENANGKAPAN ?
W AKTU itu djuga harus diadakan penangkapan terhadap Han Ping Lok, jang pada kira² saja disana harus didapatkan. Mungkin disana itu perhentiannja jang terachir di Indonesia untuk melarikan diri keluar negeri.
Mobil Nash kepunjaan Haris kami naiki. Saja, Haris, Manuel dan kommissaris Dahlan. Dibelakang mengikuti tiga buah mobil: Jeep, pick up car dan sebuah sedan jang berisikan inspektur-inspektur.
Dengan empat kendaraan inilah kami datangi rumah Fadholie, tempat sembunji Han Ping Lok.
Rumah ini tampak sunji.
Setjepat-tjepatnja anggauta polisi berpentjaran melalui pagar² tumbuh-tumbuhan dan dua mobil sedan memasuki djalan masuk halamannja.
Kami dari isi dua sedan itu berlompatan dengan sendjata ditangan. Pintu depan didobrak, pintu belakang sudah dikepung polisi.
Sedang kommissaris Dahlan memegang loudspeaker meneriakkan agar Han Ping Lok menjerahkan diri.
Sunji sadja.
Kami berpandangan.
Pintu sudah terbuka lebar didepan kami, tetapi dari arah belakang dan kamar tidak terdengar suara apapun.
„Serang!" perintah kommissaris Dahlan.
Kami bersama-sama menjerbu kedalam. Seluruh ruangan didobrak. Kosong! Tinggal ruangan agak kebelakang, saja kira ruangan tidur bagi Fadholie.
Tiba² kami terhenti. Didalam terdengar gerak seseorang jang mentjurigakan sekali.
„Sudah ?" bisik Manuel pada Haris.
Haris mengangguk.
87