Halaman:Tjempaka Merah.pdf/97

Halaman ini telah diuji baca

begitu, Niko? Hahaha!”

Marah tampak pada muka saja, tetapi senang dalam hati.

Haris pergi, katanja mempunjai rentjana lain malam itu.

Sajapun tidak pergi² dari rumah karena nona Haty, – tetapi sekarang saja panggil: Haty sadja – sebagai tamu dirumah. Bagaimana pada saat itu, pembatja tak bisa dan tak boleh ikut merasakan. Hanja saja sendiri jang bisa dan dapat.

Senang memang, tetapi mungkin masih banjak peristiwa jang akan saja alami lagi. Mungkin bahaja masih mengantjam pada saat itu dan saat datang. Tetapi disaat bersama Haty, lupa kalau antjaman itu ada. Entahlah !

„Aku datang kemari,” kata Haty pada saja: „karena dipanggil oleh Haris, dan katanja engkau menunggu-nunggu aku, karena engkau, engkau . . . . . . . . . . . . . . .

Kami berdua sama-sama tertawa. Sebetulnja hendak mengatakan „saling tjinta” begitu sadja sukar dan malu. Tetapi dalam hati kami sudah ada perkataan itu jang lebih besar artinja serta tanpa pengutjapan sudah bisa dimaklumi.


Selesailah seluruh pekerdjaan menggulung komplotan Han Ping Lok, pembunuh dan perampok bank. Tetapi orang tidak tahu, bahwa kebanjakan jang membongkar peristiwa itu ialah „Tjempaka Merah.” Polisipun tidak tahu, siapa „Tjempaka Merah” itu sebenarnja.

Begitulah sukarnja, lain dengan mudahnja bersama Haty.


Serie I

TAMMAT.

97