Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/128

Halaman ini tervalidasi

— 687 —

sini ! Kaloe lagi saprapat djam ini djahanam masi djoega tida mengakoe, kau boleh lantas rangket padanja sapoeas hati !”

Itoe algadjo lantas berlaloe, sedeng moekanja Song Sie djadi poetjet seperti mait, giginja bertjatroek-tjaroek dan keringet dingin mengoetjuer di djidatnja.

Sekarang ini pelarian rasi tida bisa berdjoesta lagi, maka dengen bergoemeter ia lepas dirinja di hadepan itoe mantri besar, sambil manggoetin kapalanja beroelang-oelang.

,,Ampoen, Sinsiang, ampoen !" kata ia dengen swara meratap: ,, Akoe tida brani berdjoesta lagi ! Akoe nanti mengakoe teroes terang, asal sadja Sinsiang soeka ampoenken kadosaankoe !”

,,Haha ! akoe tida kira. saorang jang begitoe bandel seperti angkau. ada takoet djoega sama hoekoeman !" kata Lu Kok Tjaij sambil bersenjoem dan mengoeroet koemis.

— ,,O, itoelah tida oesa di dikataken lagi I Kaloe semooet, binatang jang begitoe ketjil, masi kapingia idoep, moestail menoesia jane teritoeng pada m chloek Allah jang teroetama, tida sajang ia poenja diiwa ?”

— ,,Nah, baeklah! Akoe berdjandji nanti menoeloeng padamoe sabrapa boleh, asal.