Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/218

Halaman ini tervalidasi

— 779 —

Boekankah bener Ko Keng tiada mengandoeng niatan djelek, maka paling betoel ia mengakoe apa jang bener, dari pada mengatjo tiada karoean, menerbitken oeroesan jang melilit, hal mana boleh-boleh bikin dirinja jang poeti bresi dipandang berdosa dan trima heckoenal jang beekan moes-tinja.

Dari sebab Ko Kong poenja pengakoean tetep begitoe, maka Souw Gie-soe tiada preksa itoe perkara lebi djaoe.

„ini perkara tjoema di prenksa sampe di ini sadja, “kata Sonw Gie-soe pada Leng Tjo, „soedakah Lo Kong-kong toelis pengakoeannja Ko Kong?”

„Soeda, soeda,” saoet ini djahanam sembari kasiken ia poenja soerat verbaal pada Souw Gie-soe.

„Nah, sekarang seraken sadja ini apa jang ada pada Baginda,” kata itoe pembesar sembari kombaliken itoe soerat di tangannja Leng Tjo.—Ini orang doerhaka lantas berlaloe dari roewangan kantoor Kim le Wie, sasoeda ambil pamitan pada Souw Gie-soe.

Pembesar kita laloe prenta hambanja bawa kombali Ko Kong ka dalem pendjara, boeat menoenggoe selama perkaranja blon dipoetoesken, dan pada itoe orang djoega ia pesen, aken sekalian adjak Thio Eng dateng di kantoornja.