Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/427

Halaman ini tervalidasi

— 988 —

Semingkin ilang di pemandang, kerna mata hari ampir silem ke dasar boemi. Betoel di waktoe sedeng pasang api ini doea orang telah sampe di itoe kampoeng, jang ternjata ada terdiri banjak roema- roema orang; di depan satoe roema Tjo Kongtjoe brenti dan silaken In Li Liong toeroen, iasendiri. sasoeda tambat koedanja laloe menghamperi lebi deket dan panggil namanja toean roema.

Dari dalem sigra keloear sa-orang lelaki moeda dan orang itoe Wie Sioetjaij sendiri.

Wie Heng, begimana apa kau ada baek?” menanja Tjo Kongtjoe dengen merasa sangel girang. „Sedari berpisa, baroe ini hari kita orang bertemoe lagi!"

Wie Sioetjaij tjenderongken badannja seraja menempo moekanja Tjo Kongtjoe, kerna koetika itoe soeda glap dan tiada bisa meliat leges siapa jang ada di hadepannja, Samentara Tjo Kongtjoe liat kelakoeannja toean roema begitoe roepa tertawa sadja.

„Hola, Tjo Hiante, akoe kira siapatah angkau ini!” berseroe Wie Sioetjaij jang soeda mengenal botoel dan pegang orang poenja poendak. Kamoedian ia delengken matanja meliat pada In Liong, jang disangkanja prempoean istri Boen Pa.

„Masoek, Hiante!“ ia kata poela seraja panggil istrinja: „istrikoe, mari sini, kau sebagi njoja roema haroes samboet ini nona!"

„Ah, boeat apa bikin soesa pada 'nso, kerna