Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan atawa Sapoeloe Pil jang moestadjeb vol 15-21.pdf/235

Halaman ini tervalidasi

— 1328 —

mana adanja. Ia sirga doedoek di bawa satoe poehoen besar sambil oeroet-oeroet kakinja jang merasa begitoe pegel, kerna ia berdjalan seantero malem.

Diam-diam hatinja Yauw Sian ada mamikirin apa apa, hingga di sitoe ia lantas menangis.

„Sekarang ternjata akoe idoep sebatang karang," kata ia. „Koko tiada ketaoean di mana adanja, koetika maoe brangkat ia sama sekali tiada bertjerita apa-apa. Begitoe tega ia soeda tinggalken akoe sendirian............."

Menginget sampe di sini Yauw Sian djadi semingkin piloe.

„Roep-roepanja Koko soeda tiada kasian lagi padakoe, kerna kaloe tiada begitoe, nistjaja ia tiada tinggalken akoe begini roepa," kata poela Yauw Sian. „Soedara sendiri tiada berkasian, begimana maoe di harep dari laen orang........"

Ini sedikit pikiran kaliatan tjoekoep boeat itoe gadis mengambil poetoesan jang di dapet dengen mendadak. la meliat pada tjabang-tjabang poehoen, kamodian dengen mengela napas ia berkata:

„Oh, ini poehoen kajoe besar, roepanja Allah soeda sediaken boeat djadi akoe poenja koeboeran."

Seabisnja kata begitoe ia lantas boeka angkinnja sama apa sigra iket lehernja sendiri. Tiada berselang lama Yauw Sian soeda tergantoeng.