Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan atawa Sapoeloe Pil jang moestadjeb vol 15-21.pdf/398

Halaman ini tervalidasi

— 1491 —

Tapi Ya Loet Sioe San kendatipoen taoe dirinja soeda kena terkoeroeng, dan tiada nanti bisa kaloear dengen zonder mengadoe djiwa, kaliatan sedikit poen tiada djadi kwatir. Malahan ia tertawa sadja, hingga membikin sekalian pongawanja merasa sanget heran.

„Tjiongwie Tjiangkoen!“ kata ia dengen swara gaga. „Sekarang kita orang soeda kenan terkepoeng oleh tentara moesoe, haroeslah kita kasi oendjoek keangkeran terdjang pada marika itoe dengan tjara jang paling nekat. Djika kita orang tiada bisa bikin boebar dan binasaken ini tentara moesoe, selama-lamanja kita bakal trima hinaan besar dari marika itoe!“

Sasoedanja kata begitoe, ini Prins jang gaga madjoe ka depan sambil poeter sendjatanja. Ia menerdjang dengen memboeta pada tentara negri, siapa jang berani dateng deket nistjaja djiwanja aken tiada bisa ditoeloeng lagi.

Perboeatannja itoe poetra radja telah menggerakin hatinja ia poenja panglima dan tentara, jang tiada tempo lagi lantas toeroet itoe perboeatan nekat menjereng pada moesoenja.

Tentara negri melawan kewalahan djoega aken menangkis serangannja marika itoe. Bong Loan djoega dapet liat itoe bahaja jang mengantjem pada fihaknja, maka ia laloe prenta tentaranja goenaken pana boeat moendoerken pada moesoe.