Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/197

Halaman ini tervalidasi

197

dari loeka hatinja, loeka jang disebabkan kedjahatan pendoedoek boemi itoe. Meréka itoe berboeat bentjana, korbannja melarat, akan tetapi meréka itoe tiada beroléh hoekoeman.

Sedjoeroes pandang maka iboekoe poen meneroeskan perkataannja:

„Soer, kalau saja soedah mati, apakah jang engkau lakoekan? Tinggalkah engkau dalam halmoe jang sekarang, atau adakah niatmoe hendak mentjahari tempat berlindoeng jang lebih tedoeh. Saja bertanja jang demikian itoe, karena halmoe jang sekarang ini tiadalah kesoekaanmoe. Adalah dia itoe sebab engakau menoeroet perkataan orang toeamoe jang engkau hormati. Ja, apa boléh boeat karena kami poen adalah pada waktoe itoe dalam paksaan jang haloes. Sekarang kalau orang toeamoe berdoea tiada lagi, apakah jang akan engkau lakoekan?”

„Tiada koeketahoei mak,” sahoetkoe. „Benar saja soedah sering memikirkan dia akan tetapi tiadalah pernah berkepoetoesan. Itoepoen saja meminta pikiran iboekoe. Mana sekarang bitjara boenda, anak akan toeroet dengan sesoenggoeh-soenggoehnja.”

„Adapoen nasihatkoe, Soer”, sahoet iboekoe, „tiada pandjang. Tiggallah tetapi pada halmoe jang sekarang ini. Toeroetlah toean itoe dengan setia sebagai jang soedah-soedah.”