Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/222

Halaman ini tervalidasi

222

sengsara itoe. Maka air matanja poen bertjoetjoeranlah dari pipinja jang gemoek itoe.

Dengan soeara jang gemetar karena kesedihannja ia berkata:

„Lin........., tiadakah adinda dapat mengampoeni.........?"

Kerongkongan sebagai disepit, ia tiada dapat meneroeskan pertanjaan itoe.

Perempoean itoe memandang kelatji jang terboeka itoe. Ia menggigit bibirnja menoendjoekkan hatinja jang keras itoe.

„Adinda Lin. Apa jang saja minta ttiada lain ampoenilah kelakoeankoe itoe. Ingatlah perkawinan kita jang soedah doea belas tahoen itoe. Tiadakah engkau mema'afkan koesesatan saja jang sesa'at itoe. Lin............ ampoenilah kelemahankoe itoe."

Perempoean itoe mengangkat matanja. Ia menoenggoe sampai soeaminja mengeloearkan apa jang akan dikatakannja.

„Ja kelemahankoe itoe........., adinda poen mengenal......"

Bibir dan pipinja gemetar dan moekanja poen poetjat. Soearanja hilang dan lidahnja poen tá dapat berkata-kata lagi.

„Pegi, ajo pigi dari sini, djangan oelangi lagi mengatakan kesesatanmoe, kelemahanmoe. Tá oesah koedengar lagi perboeatan jang kedji itoe."