Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/226

Halaman ini tervalidasi

226

lihara, jang koesajangi. Tetapi engkau bohong. Hatimoe djaoeh dari saja dan anak-anak itoe. Perempoean tjelaka itoe. . . . . . . . .Soedah tá oesah saja membongkar-bongkar dia lagi. Pegi dari hadapankoe!”

„Lin. . . . . . . . ., adinda Lin. . . . . . . . .!”

„Soedah, pegi. . . . . . . . . Kalau tiada engkau maoe pegi nanti koepanggil orang-orang jang diroemah ini soepaja meréka itoe tahoe perboeatanmoe itoe sekalian. Tjih, saja maloe benar melihat kelakoeanmoe itoe.”

Poetoes asa dan penoeh dengan kesal dan soesah hati, Hok Gwan meninggalkan kamar itoe. Anaknja jang ketjil-ketjil itoe melihat moeka orang toea meréka itoe. Meréka itoe merasa dalam hatinja, bahwa ada soeatoe hal jang koerang énak diantara orang toeanja. Tetapi apa hal itoe tiada diketahoei meréka itoe.

Si iboe tinggal seorang diri dalam kamar itoe. Ja doedoek diatas koersi sambil ia menoengkoel kepalanja dengan kedoea belah tangannja. Setelah ia senang, maka ia memikirkan pertemoean itoe, sekali lagi. Hatinja jang haloes serta penghiba itoe menjalahkan perboeatannja itoe kepada soeaminja. Dari ketjil selaloe ia mendengar pengadjaran orang toeanja: saharoesnjalah kita mengampoeni kesalahan orang kepada kita, apa lagi kalau orang itoe menjesal dirinja. Nasihat itoe amat baik