Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/232

Halaman ini tervalidasi

232

ini, dapatlah kita melihat bagaimana besar dan keras tjinta iboe itoe kepada anak jang dilahirkannja, ja lebih besar dan keras dari pada tjinta si bapak, jang mengepalai seisih roemah itoe.

15 November


Pagi itoe pergilah Tek Lie mandapatkan sahabatnja keroemah dia. Setelah didengarnja, bahwa Hok Gwan soedah pergi kekantor, ia poen ada merasa héran. Njonja roemah poen tiada dilihatnja. Biasanja apabila ia datang, selamanja njonja itoe datang mempersilahkan ia doedoek, kalau toean roemah tiada diroemah.

„Baiklah saja poelang, lagi hari soedah tinggi,” pikir Tek Lie seraja ia menaiki autonja itoe. Ditengah djalan bertoekar poela pikirannja. Ia poen menjoeroeh sais itoe membawa dia kekantor sahabatnja itoe. Setelah sampai, maka ia poen masoeklah kekantor sahabatnja itoe. Ia mengetoek pada pintoe kamar Tek Lie. Baharoe didengarnja orang berseroe dari dalam „masoek”, masoeklah ia dengan girangnja, karena soeara jang memanggil itoe telah dikenalnja.

„Aha, banjak kerdja roepanja, pantas Gwan tiada ada diroemah,” kata jang masoek itoe, sambil ia mendapatkat sahabatnja jang doedoek itoe.

„O. . . . . . . . ., Lie djangan marah. Saja soedah loe-