Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/265

Halaman ini tervalidasi

265

tjintaan itoe kekal dalam perkawinan mereka itoe jang akan datang. Mendjadi kemalaratan apabila mereka itoe tiada sehidoep semati dibelakang hari.

„Ja.........apa djadinja pertjintaan.........” Tek Lie hendak meneroeskan perkataannja itoe. Napasnja soedah sesak dan lidahnja soedah kakoe. Ia menangis serta air matanja bertjoetjoeran. Tangan ketjintaannja itoe dipegangnja dengan kedoea belah tangannja, ditangisinja dengan tangis jang tiada bersoeara....

Keréta itoe berdjalan perlahan-lahan. Kedoea orang jang berkasih-kasihan itoe doedoek bertangis-tangisan.

Djalan M. jang pandjang itoe soenji. Pada kedoea belah pihak djalan itoe ditoemboehi pohon jang tedoeh. Lentéra jang berdiri sepandjang djalan itoe menjala dengan tenangnja. Tjahaja jang malap itoe menambahi sedihnja pemandangan kedoea anak moeda itoe.

„Poekoel berapakah sekarang?” tanja anak gadis itoe.

„Poekoel delapan koerang seperampat. Poekoel berapa Noni biasanja poelang.”

„Liwat sedikit setengah sembilan.”

„Malam ini tiadakah engkau beladjar?”