kedatanganku sekarang ini dia tidak perlu lama² lagi disini. Dia akan kukirimkan ke Turki untuk menjelesaikan tugasku jang terpaksa kutinggalkan itu”.
Berkata demikian Lynch mengambil setjarik kertas dari dalim saku badjunja.
„Tadi pagi Graham mendjumpaiku dan memberikan surat ini”.
„Ja, aku sendiri melihatnja, ― tukas Deane tenang. Dan ini membikin Lynch agak ketjewa.
„Apa? Kau melihatnja Rob? Kalau begitu kami tidak tjukup hati². Tapi ja, tidak apa. Didalam surat ini dia minta supaja djam sepuluh nanti aku mendjumpai dia dikamarnja. Mungkin sekali dia akan melaporkan hasil pekerdjaannja selama disini. Dan sekarang, kita masih ada waktu beberapa menit lagi”.
Dari saku dalamnja Lynch mengambil sehelai peta jang ternjata peta pulau Trinidad. Dia membentangkan peta itu diatas medja dan djarinja menundjuk daerah sekitar Port of Spain.
„Rob, ini adalah Queens Savannah, bagian kota dimana kita berada. Didjurusan ini, dibelakang stasiun dan sepandjang djalan jang menudju San Fernando, tinggal berbagai bangsa: Negro, India dan Tionghoa. Djaraknja dari sini kira² dua mil. Dan ini, „telundjuknja menundjuk pada satu titik dipeta jang lebih luas dari daerah Port of Spain”, adalah salahsatu daerah jang bagiku paling menarik daripada tempat² lainnja. Dan tempat ini tidak lain dari daerah rawa² Caroni. Luas rawa ini tidak kurang dari limapuluh kilometer persegi, tapi jang dikenal orang tidak lebih dari sepuluh meter! Luarbiasa bukan?”
„Rawa Caroni?” tanja Deane.
Lynch mengangguk. „Soalnja begini. Perserikataan Bangsa² ingin sekali mengetahui tentang perdagangan tjandu”.
„Tapi apa hubungannja dengan rawa Caroni?”
„Oh tentang itu, baiklah kutjeritakan. Pada Dinas Rahasia P. B. B. masuk laporan bahwa di Trinidad ini berlangsung
perdagangan tjandu jang dilakukan orang setjara besar-besaran. Dan pemakainja dikirakan orang² India dan Tionghoa jang puluhan tahun jang lalu datang disini sebagai pe-
20