„Tolong! Pentjuri!! O, permataku lenjap semua! ―
Doctor Deane tersentak. Dia ingat bahwa Lynch meletakkan permata jang ditjurinja itu diatas medja didalam biliknja. Karena itu tjepat² dia kembali kebiliknja dan menjembunjikan permata itu dalam kopornja.
Sesaat kemudan pintu biliknja terdengar diketuk orang jang ternjata pengurus hotel itu.
„Tuan”, katanja tanpa menunggu balasan Deane. „Maaf karena saja mengganggu tuan. Baru sadja njonja Browne melaporkan ketjurian perhiasan²nja. Saja hanja ingin mengetahui apakah tuan mendengar sesuatu tadi malam?” tanjanja. Ini didjawab Deane dengan gelengan kepala. Dan dia pikir: „Kalau begitu tentang pembunuhan Graham belum diketahui!”
„Terima kasih, djawab pengurus hotel itu lagi. „Tapi, maafkan tuan, bolehkah saja bertanja djam berapa tuan masuk kamar tadi malam? Saja tanja ini untuk menghindarkan agar tuan tidak mendapat kesulitan dari fihak pulisi nanti”.
Tapi sebelum Deane mendjawab, njonja Browne masuk dengan tiba².
„Ah Tuan!” serunja menjesali pengurus hotel itu. „Mengapa tuan repot menanjai tuan Deane dan bukan mentjari pentjuri itu?” Kemudian tangisnja meledak dan tanpa menghiraukan doctor Deane dia menghambur lagi kedalam biliknja. Dan pegawai hotel itu mengangkat bahu.
„Saja akan bertjukur dulu”, kata Deane. „Sebentar saja akan kebawah”.
Setelah pegawai hotel itu pergi Deane memasukkan bungkusan permata itu disaku tjelananja, dan sambil berusaha menenangkan dirinja diapun turun kebawah. Sesudah memberikan pendjelasan kepada pengurus hotel bahwa dia tak mendengar apa² tentang pentjurian itu lantas melangkahkan kakinja menudju kantorpos.
Seperempat djam kemudian dia sudah ada dimuka loket. Dan seorang pegawai menerima bungkusan itu.
„Tertjatat?” tanjanja.
„Ja”.
„Kalau begitu tuan harus mengisi formulir dulu”.
28