kawannja itu. Dengan rasa ingin tahu dia berandjak dari tempatnja berdiri dan mendekati djendela.
Dan ini menjebabkan dia agak lengah, sehingga tidak diketahuinja bahwa Doughlin sudah kembali dan langsung masuk kedalam rumah. Mendengar orang masuk Lynch djadi sangat kaget. Sekali lompat sadja dia sudah berada diluar, kemudian tjepat² lari menghindar dari sana diikuti oleh Deane dibelakangnja.
Tapi belum sampai limapuluh meter Lynch mendadak berhenti dan berpaling pada Deane.
„Robby, sudahlah! Tak guna lagi kta lari terus. Doughlin sudah terlandjur melihat kita”.
Deane ikut berhenti dan menoleh kebelakang. Benarlah, Doughlin dilihatnja berdiri diserambi dan tenang² memperhatikan mereka.
Dia tentu tahu bahwa kita tak mungkin lari dari pulau ini. Se_waktu² bisa sadja dia menangkap kita”.
Diikuti oleh Deane, Lynch duduk ditepian djalan. Aneh sekali bagi Deane jang didalam keadaan sepertj itu Lynch masih sempat menjalakan rokok dan menghirupnja dengan tenang. Tapi tjuma beberapa menit kemudian, muntjullah Doughlin bersama Jason dan empat orang lainnja. Djelas bagi Deane dan Lyneh bahwa keempat orang pengawal itu masing² membawa tongkat pemukul ditangannja. Tjukup dengan sebuah isjarat dari Doughlin mereka madju kedepan, Tanpa bertanja-tanja lagi mereka menggerojok Lynch dan Deane, kemudian mengikat tangan kedua teman itu dengan seutas tali jang tjukup kuat. Baik Lynch maupun Deane sedikitpun tidak memberi perlawanan, jang memang menurut perhitungan mereka, melawan orang sebanjak itu tak mungkin berhasil.
„Kapten, jang seperti ini sebetulnja tidak perlu!” sahut Lynch memprotes. „Mungkin tuan mengira bahwa kami akan mentjuri, tapi terang sadja, dugaan tuan itu salah sama sekali. Tuan tak perlu kaget kalau saja katakan sekarang, bahwai sesunguhnja kami sendiri dalam perdagangan tjandu seperti jang tuan lakukan sekarang ini tjukup berpengalaman”.
„Tutup muiutmu!” bentak Doughlin dengan marah. Tapi Lynch masih sadja terus mengotjeh. Dan Deane bisa menduga bahwa otjehan² Lynch ity sebenarnja ditudjukan kepada
73