Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/28

Halaman ini telah diuji baca

Sebagai turunan piauwsoe, dari ketjil ia sudah beladjar silat dibawah pimpinan ajahnja sendiri. Ia mengutamakan ilmu golok Tjo-pek-too. Belum sampai umur tigapuluh, ia sudah dapat nama. Isterinja adalah Tjioe-sie. Isteri itu sendiri bukan ahli silat, tetapi ia punja seorang engkoe atau ipar jang kesohor, ialah Kioe-bwee-ho Koan Kong Tiauw si Rase Ekor Sembilan, jang pandai menggunakan sendjata berapi. Kong Tiauw adalah guru silat kenamaan di kota Tjeelam, Shoatang. Kepada ipar itu Tjeng Loen beladjar tiga tahun lamanja hingga iapun dapat menggunakan sendjata api itu, ialah Siauw-hong Hoei-tan, peluru terbang jang dapat meledak, jang digunakannja dengan sebatang gendewa, Hebatnja, peluru api itu bukan hanja satu matjam, dan sulit untuk ditangkis dengan tameng atau karung terisi pasir.

Dengan mengandalkan dua rupa sendjatanja, belasan tahun sudah ia mendjadi piauwsoe dan pernah ia mendjeladjah Selatan dan Utara Sungai Besar serta wilajah propinsi Anhoei dan Shoa-tang, Selama itu, belum pernah ia nampak kegagalan. Maka, ia bukan sadja telah angkat nama Ban Seng Piauw Kiok, ia djuga memperoleh gelarnja, Hwee Poan-koan si Hakim Api. Tjatjad satu²nja, atau kelemahannja, ialah sangat bertabiat keras. Apa jang dikatakannja, apa jang dikehendakinja, mesti dilakukan, diudjudkan.

Sekarang, dalam usia empat-puluh tahun lebih, Tjeng Loen tetap masih mendjadi tjong-piauwtauw, piauwsoe utama, dari Ban Seng Kiok, Tjuma sekarang tak usah ia jang mengantar sendiri sesuatu piauw atau angkutan, tjukup dengan wakilnja, asal pada piauw itu ditantjapkan bendera Liat Hwee Piauw-kie, bendera „Api Berkobar“. Itulah lentjana jang serupa dengan sendjata apinja, dengan tabiatnja djuga.

Sudah tentu Tjeng Loen gagah. Ia djuga mendapat bantuan banjak dari pergaulannja. Ia djudjur dan berhati. murah. Ia memandang enteng kepada uang. Dalam hal mengadakan pesta atau mengantar bingkisan, ia bertangan terlepas, Maka itu, selama duapuluh tahun, banjak sekali sahabatnja.

DENGAN tidak usah turun tangan sendiri, Tjeng Loen banjak waktunja andaikata ia suka pulang kekampung-halamannja di Siongkang, untuk beristirahat, hidup tenang dan berbahagia. Tetapi ini tidak dilakukannja. Ia pulang hanja sekedarnja. Ia telah menjatakan, lagi kira2 sepuluh tahun, setelah djangkap usianja enampuluh, baru ia hendak undurkan diri dengan tutup djuga piauwkiok-

25