Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/35

Halaman ini telah diuji baca

tanggung-djawabmu! Tjian tjongpiauwtauw, kau kenamaan, kau punja rumah-tangga, aku minta djanganlah kau keliru berpikir !”

Tjeng Loen kertak giginja untuk mengendalikan diri, Ia sudah berniat menghadjar sekertaris wedana jang litjin ini, untuk bikin mampus !

Boe Djin Tjoen kutik gurunja. Murid ini sabar dan sadar, Is mengerti baik sekali, kuntjir mereka telah orang tjekal erat², tidak dapat mereka berkeras mengahadapi soeya itu.

„Tenang, soehoe“ liéhay. Melihat orang telah buntu djalan ia ubah wadjahnja. Dari keren dan dingin, sekarang ia bersenjum berseri².

„Walaupun duduknja hal begini rupa, tjongpiauwtauw," katanja, sabar dan manis,

„Tak usah kau buat pikiran. Selekas kita sampai dengan selamat di Haytjioe, taydjin kami akan ingat baik² kepadamu. Dia pun orang jang punja pikiran. Lagipula, pekerdjaan kita ini adalah pekerdjaan jang terahasia. Ketjuali kita berempat, tidak ada orang lain jang mengetahui. Tjukup asal kita berhati². Dengan mengandalkan kepandaian jang liehay sekali, aku pertjaja kau bakal dapat melewatkan saat² jang berbahaja, kau bakal dapat menempuhnja ! Kau tahu, aku sendiri djuga ada punja anak-isteri, tidak sudi aku membiarkan diriku dalam bahaja ......“

Berkali² Tjeng Loen memperdengarkan suara „Hm !” Bukan main panas hatinja. Hampir ia mementang batjot, untuk mendamprat. Sjukur ia masih dapat mengendalikan diri. Ia sambar tehkoan teh, ia gelogoki isinja kedalam mulutnja, lantas tanpa menoleh lagi kepada muridnja, ia ngelojor keluar !

Boe Djin Tjoen djuga mesti menguatkan hati untuk dapat menguasai dirinja sendiri. Dengan paksakan menenangkan diri, ia berkata dengan sungguh² kepada sekertaris tiehoe itu: „Soeya, dengan perbuatanmu ini, kau membuat dua kesalahan berbareng ! Djangan soeya anggap kau sangat tjerdik; bahwa dengan tipu-muslihatmu jang litjik ini, kau telah bisa lepaskan tanggung djawab dan sebaliknja menumplekkannja diatas pundak kami. Kau mesti tahu sendiri, kami kaum pengusaha piauwkiok mempunjai aturan kami sendiri jang khusus. Pengangkutan kita sekarang ini ialah jang dinamakan piauw gelap. Untuk piauw gelap, tidak dapat kami berbuat sesuka kami, asal bilang berangkat, lantas berangkat. Untuk itu kita mesti mempersiapkan persediaan dengan, seksama. Sangat beda.

32