Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/40

Halaman ini telah diuji baca

emas itu, jang diluar untuk ia dan gurunja serta sisoeya. Semua serdadu dan kuli dibiarkan menangsal perut diruang makan.

Selama bersantap, guru dan murid tetap waspada, sendjata\mereka tak pernah terpisah dari tubuh mereka.

Habis bersantap dan beristirahat sebentar, perdjalanan sudah jantas dilandjutkan.

Tengah-hari, mereka mesti melewati dua tempat dimana bersarang kaum Rimba Hidjau. Jang satu dikepalai oleh Hoeigan Lie Eng Lok si Mata Terbang, jang berkedok membuka rumah djudi. Jang lainnja dipimpin Tjoan-Thian Auw-tjoe Lauw Hong si Elang Menembusi Langit serta kira? limapuluh anak-buahnja; mereka ini tjabang dari Pek See Pang, partai Pasir Putih. Mereka itu —dua²–nja —kenal Ban Seng Piauw Kiok, maka itu, Boe Djin Tjoen sudah lantas mengundjungi mereka, hingga kesudahannja rombongan piauwkiok ini dapat lewat dengan baik dan aman.

Lewat lohor, rombongan sudah mendekati Tiang-keng, tinggal lagi tak ada sepuluh lie, Tjian Tjeng Loen tengah menghisap hoentjwee tatkala ia dengar tindakan kaki kuda mendatangi dari arah belakang, Kuda itu djempol, debunja sampai mengepul tinggi. Sebentar sadja penunggang kuda itu tiba dan lewat. Kelihatan sipenunggang itu, jang berkeredong mantel, menjoren pedang. Dia lewat disamping tanpa menoleh kepada mereka — rombongan piauwsoe itu.

Diam² Tjeng Loen rabah goloknja.

Boe Djin Tjoen menoleh kepada gurunja, ia tidak bilang suatu apa.

Tak lama kemudian penunggang kuda itu sudah lari balik. Karenanja, guru dan murid itu menahan binatang tunggangan mereka dipinggiran, Mereka mengawasi.

Penunggang kuda itu menahan kudanja kira? lagi lima-enam tindak darj kedua piauwsoe itu, matanja menjapu. Agaknja dia lalu hendak berbitjara kepada Djin Tjoen, tapi lantas mengawasi Tjeng Loen.

Piauwsoe ini mendjadi tidak senang. Ia buka kedua matanja.

„Apa ? Apa kau hendak bitjara dengan siorang she Tjian ?” ia menegur. „Baik ! Aku memang menantimu ! Tapi baik kau buka dulu matamu lebar², kami pihak Ban Seng Piauw Kiok lewat disini bukan baru satu atau dua kali!’


37