Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/41

Halaman ini telah diuji baca

Penunggang kuda itu memandang kepada bendera piauw, ia mengangguk, lalu tertawa.

,,Sungguh suatu bendera Liat Hwee Piauw-kie jang bagus !" katanja tenang. ,,Boleh dibilang beruntung djuga aku satu boe_beng siauw tjoet, hari ini untung bertemu muka dengan Tjian Loo-piauwtauw jang kenamaan. Loopiauwtauw, tidak lain hendak aku menebalkan muka untuk bitjara terus-terang denganmu ! Saudara2 kami tak bakal hidup, maka aku ingin mohon bantuanmu ......"

,,Hm !" edjek Tjeng Loen. ,,Baik, sahabat, silahkan ! Asal tenagaku sanggup, suka aku membantu padamu, supaja kamu dapat kepuasan !"

Penunggang kuda itu bersenjum. Ia angkat tangannja, menundjuk kepada empat peti kulit warna merah.

,,Baik, Tjian Piauwtauw", katanja. ,,Kita adalah sahabat2 tak usah kita berbitjara mutar2. Aku tidak meminta lainnja, hanja peti2 itu dimana ada simpan lima ribu tail emas, agar diberikan untuk aku bawa pergi!............."

Boe Djin Tjoen lompat turun dari kudanja, ia menjela :

,,Sahabat", katanja ,,kau seharusnja sudah mengetahuinja. Kami orang piauwkiok, mana kami mempunjai uang sedemikian banjak? Harta itu ada pemiliknja jang lain !"

,,Baik !" kata sipenunggang kuda. ,,hendak aku tanja sipemilik itu !" dan ia lompat turun dari kudanja.

Orang ini berumur kuranglebih tigapuluh tahun, tubuhnja tinggi enam kaki, mukanja berewokan, dadanja lebar, pinggangnja tjeking, tampaknja ia gagah. Ia dekati Djin Tjoen tiga-empat tindak, ia berdiri menghadapi piauwsoe muda itu. Boe Djin Tjoen membekal pedang Songboen_kiam. Sekedjap sadja, pedang itusudah terhunus ditangan kanannja.

Penunggang kud aitu mengkerutkan alis. Ia lihat orang dandan sebagai pegawai piauwkiok, tetapi buktinja, orang sangat gesit. Tentu sadja ia mendjadi heran.

Djin Tjoen tertawa tawar.

,,Sahabat, kau rupanja seorang baru !" tegurnja. ,,Kenapa kau tidak kenal sedikit djuga aturan kaum kang-ouw ? Untuk berbitjara dengan sipemilik, kau mesti lebih dahulu menanja aku !"

Penunggang kuda itu memperlihatkan roman memandang enteng.

,,Apakah kau dapat mewakili sipemilik?" ia menegaskan.

Tjeng Loen tidak sabar. Ia lompat turun dari keledainja, dan

38