Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/50

Halaman ini telah diuji baca

Dengan tjepat keduanja bergebrak. Baru tiga-empat djurus, Tjeng Loen sebagai ahli silat segera mengerti, sinona bukan sembarang orang, hingga ia djadi berkelahi dengan waspada. Nona itu memainkan ilmu pedang Thay Kek Kiam, dan tentunja mempunjai latihan belasan tahun.

Dengan bertempurnja rombongan pertama itu, lalu menjusul rombongan jang kedua, dimulai oleh satu murid sinona, jang lompat menjerang Boe Djin Tjoen, hingga piauwsoe muda ini terpaksa mesti melajani, sedang sebenarnja ia masih ingin menempuh djalan berunding.

Sipenunggang kuda berdiri tetap diatas kudanja, jang ia tidak djalankan. Dengan perhatian wadjar ia tonton pertempuran itu.

Yan Tjoe Hoei tidak dapat merobohkan sipiauwsoe, iapun agak kikuk dalam melajani ilmu silat Tjo-pek-too lawannja, tangan kiri, sedang permainan golok piauwsoe itu adalah djurus Liok-hap.too jang telah terlatih sempurna. Disamping itu ia selalu memasang mata kepada tangan kanan sipiauwsoe, jang memegang busur peluru. Ia kuatir nanti kena dipanah atau didjepret .............

Segera djuga Tjian Tjen Loen dapat menerka hati sinona dan ia ingin lekas menjudahi pertempuran ini dengan djalan kegetasan, ialah dengan berlaku keras dan bengis. Paling dulu ia hendak sampok terlepas golok sinona, lalu ia gunakan pelurunja. Akan tetapi sekarang ini, ia telah memikir terlambat. Tiba sadja sipenunggang kuda madjukan kudanja, terus ia lompat turun melajang kesisi sinona. Entah tanda apa jang dua orang itu pakai, hanja sinona mendadak meninggalkan musuhnja, lompat keluar kalangan !

Setelah itu, rupanja untuk mentjegah sipiauwsoe lompat mengedjar, pemuda itu segera madju menghalang, menggantikan sinona membuat perlawanan !

Tjeng Loen mendjadi sangat mendongkol. Ia tertawa dingin dan tanpa bilang suatu apa, ia menjerang dengan sengit.

Pemuda itu berkelahi dengan menggunakan tjambuknja jang pendek. Diluar dugaan, tjambuk itu merupakan sendjata jang berharga, jang banjak gunanja, jaitu dapat dipakai sebagai djoan-pian atau tjambuk lemas, sebagai penotok djalan-darah, dan djuga sebagai toja dengan ilmu toja Siauw Lim Pay! Masih ada lagi jang luar biasa, ialah walaupun ia melajani berkelahi, sipemuda tidak bersikap sama bengisnja seperti sipiauwsoe.

Tjian Tjeng Loen berkepala besar, seumurnja iapun belum pernah roboh. Sekarang ia mesti melawan satu anak muda, jang

47

Warisan Seorang Pangeran — 4