Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/6

Halaman ini telah diuji baca

„Hendak aku kembalikan ini kepadamu, aku kuatir kau tak sanggup menerimanja !” katanja tertawa. „Baiklah, aku menukar dengan benda lain !” Ia lempar kedua batu itu, terus ia membungkuk mendjumput sebatang kaju kering jang ketjil, jang terus ia timpukkan kearah botjah itu

Bagaikan busur, kaju kering itu meleset kepada sibotjah. Hampir ia gagal berkelit, sebab, pesat sekali kaju itu melewati samping kupingnja, hingga ia dengar suara „Swing !” Tentu sadja ia mendjadi kagum sekali.

Waktu itu tibalah rombongan penjambut, jang terdiri dari lima orang. Satu diantaranja, jang umurnja tigapuluh lebih, lantas tegur sibotjah: „Kenapa kau main gila, Tjouw Po ? Kenapa kau tidak lekas memberi hormat kepada tjek-kong dan Ouw Siok_hoe ini?”

Sisasterawan tua itu sudah lantas tertawa tar.kekek² ? tangannja mengurut² kumisnja,

„Oh, Lao-djie, kiranja dialah kau punja Tjouw Po!” katanja. „Aku tidak sangka bahwa kaum keluarga Sie kita bisa mempunjai satu djago tjilik seperti dia ! Bukankah dia mengikuti entah seorang siangkong siapa ? Kapan dia pulang ?”

Siangkong adalah panggilan untuk seorang (muda) ter- pandang.

Orang jang dipanggil „lao-djie” itu — jang kedua — mengerutkan keningnja,

„Dia tjilik orangnja tetapi besar njalinja !” ja menjahut. „Dia pergi mendadak, pulang tiba², mirip dengan seekor kuda hutan ! Sha-tjek djarang ada dirumah, maka itu kau tidak tahu tabiatnja !”

Orang tua itu mengangguk² seraja tertawa.

„Tidak apa, biarlah!” katanja. „Dia gemar silat, sekarang Ouw Hiantit pulang, biarlah dia diberi sesuatu petundjuk !”

Ia berkata begitu tanpa melihat bagaimana botjah nakal jang dipanggil Tjouw Po itu sudah menggoda si Ouw Hiantit — keponakan she Ouw itu !

I

DAPAT BAGIANNJA!

Propinsi Kangsouw jang bertanah datar dan subur, tak ada gunung jang tingginja lebih daripada tiga atau empatratus meter, ketjuali gunung= Tjie Kim San, Tjeng Liang San dan Tjiat Hee San.

3