Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/61

Halaman ini telah diuji baca

„Lao-hia, mari tjoba dulu ikan ini", katanja, untuk berpidato seperti tentang berasnja barusan. „Djanganlah kau memandang enteng masakanku ini. Walaupun ini hanja ikan dipakaikan garam, aku tanggung tak dapat disamakan dengan masakan lain orang. Djangan kau anggap bahwa kau adalah piauwsoe dari puluhan tahun, jang telah ulung dalam pengembaraan dalam dunia kangouw, tetapi ikan sematjam ini, aku tanggung, belum pernah kau memakannja!"

Tjeng Loen tidak bilang suatu apa, ia hanja adjukan sumpitnja, berniat mendjepit ikan itu, atau ia tampak siorang tua sudah dului ia. Orang tua itu lepaskan sumpitnja, sebagai gantinja, ia pakai djeridji tangannja, mendjemput se-ekor, untuk segera ditjubiti untuk didahar. Sambil menggajam, ia buka pula suaranja: „Ketika aku beli ikan ini, aku tidak berlaku sembrono. Aku memilih jang paling segar, jang ditangkapnja tak lebih lima hari jang lalu, dan begitu diangkat dari dalam air, segera direndam kedalam air garam. Setjara begini, barulah ikan tetap segar dan garamnja meresap betul! Ikan sematjam ini, aku tidak menghendaki jang besar. Jang paling pandjang djuga tak boleh lebih daripada delapan dim. Diwaktu habis dibeli, setibanja dirumah, ikan mesti lantas ditjutji, ditjutji dan dibilasi paling sedikit sampai empat kali, selesai ditjutji, terus ditusuk untuk didjemur, didjemurnja mulai bulan ketiga atau bulan keempat, lamanja belasan hari. Diwaktu mendjemur, mesti didjaga, sebelum matahari turun ke Barat mesti lekas² diangkat, untuk disimpan. Ikan ini mesti didjemur kering sekali sehingga keras bagaikan sehelai papan. Sesudahnja disimpan didalam gutji, dan mulut gutji mesti ditutup rapat dengan kertas jang terbuat dari babakan murbei. Ikan asin sematjam ini bisa disimpan sampai dua atau tiga tahun, tidak akan mendjadi busuk. Diwaktu menggorengnja untuk didahar, kita djuga mesti kenal aturan menggorengnja, jaitu djangan terlalu tjepat diangkat, djangan terlalu lama, nanti mendjadi hangus! Lao-hia, untuk dahar pun orang mesti tahu aturannja!........

Belum habis siorang tua dengan pidatonja itu, Tjeng Loen sudah hadjar habis seekor ikannja itu, dihadjar berikut tulang²nja.

Siorang tua lihat itu, ia girang bukan buatan, ia tertawa besar. „Akur !" ia berseru. „Memang, untuk dahar, orang mesti dahar dengan bernafsu ! Hari ini aku kasi kau makan seekor, aku sendiri makan se-ekor djuga! Masih ada lagi, lao-hia. Ini semangkok tauwhoe, tjara masaknja djuga istimewa, dan tjampurannja

58