Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/8

Halaman ini telah diuji baca

demikianlah keadaan njonja mantu ini. Ia berbaktj kepada mertuanja itu. Sang botjah pun sehat tubuhnja.

Demikian keluarga ini hidup rukun dan rela dengan kemelaratannja, sampai pada suatu malam, dari gubuk mereka jang tua dan rusak, dimana ada dua ruang kamar, terdengar tangisan sedih.

A. Hong menangis dipembaringannja sambil meéng-usap² anaknja jang mau tidur, dan Kwee Liok ber-linang² air mata dikursi bututnja jang terbuat dari bambu.

Selang sekian lama, Kwee Liok menghela napas.

„Tidak ada djalan lain, besok aku akan pergi pula kepada Kok Toalooya untuk memohon bantuannja !” katanja kemudian, dengan lagu suaranja tetap.

A Hong tidak bilang suatu apa, hanja sesaat kemudian, ia melirik mertuanja itu.

Kwee Liok meng-geleng? kepala, lalu ia berbangkit, Ia menghampiri djendela, untuk memasang kupingnja. Rupanja ingin ia memperoleh kepastian, bahwa tidak ada orang jang mengintai mereka, Kemudian, dengan sangat pelahan, ia berbitjara pada njonja mantunja itu: „A Hong, bukannja aku linglung”, demikian katanja, „bukannja sengadja aku ‘tidak ambil air jang dekat hanja hendak ambil air jang djauh. Harus kau ketahui, meskipun Lioe Siangkong itu baik hatinja dan suka menolong sesamanja, dia tetap orang asal kampung lain. Dengan kita dia bukannja sanak famili, bukannja kenalan. Perkara ada begini besar, mungkin mengenai keselamatan djiwa, mana aku dapat membuka mulut terhadapnja ? Dengan Kok Toaleoya adalah soal lain, Dia adalah sesama penduduk sini, kita djuga kenal baik satu dengan lain, Kau tahu sendiri, apabila ia membuat pesta atau ada kematian, senantiasa ia panggil kita untuk membantu. Kau ingat sendiri tahun jang sudah, waktu Ho Siang gila djudi hingga ia berhutang orang empat tail perak, sehingga ia putus asa. Begitu ia pergi kepada Kok Toalooya, ia lantas ditolong”.

A Hong susut air–matanja.

„Aku hanja kuatir, perkara sekarang adalah perkara terlalu besar, bukannja perkara jang dapal diselesaikan dengan uang beberapa tail sadja ..... ” katanja tetap berduka.

„Bukankah aku telah bilang ?” potong siorang tua. „Besok aku pergi pada Kok Toalooya. Paling dulu aku akan minta dia pergi ketjamat untuk memberi djaminan agar Ho Siang ditahan diluar. Sesudah itu kita lihat bagaimana djalannja perkara nanti’.

5