Halaman:Warisan Seorang Pangeran 02.pdf/16

Halaman ini telah diuji baca

Siapa dapat berbuat begitu, dia barulah pandai. Kita ramai² akan memberi selamat padanja dengan setjawan arak. Umpama kata dia gagal, atau kalau dia dapat menimpuk djitu tetapi goloknja djatuh, maka dia harus dihukum denda, dengan setjawan arak djuga. Turut anggapan aku jang rendah, sjarat ini sangat adil, Kita mengguna kan tjara halus, bukan tjara kasar tetapi begitu, kepandaian kita dapat diudji, tanpa kita melukai siapa djuga.Lok Lootjianpwee, Sim Laotee, bagaimana pendapatmu ?”

Teng Yang masih bersangsi, ia kuatir Too Liong menggunakan akal-muslihat, Tidak demikian Lok Tjiauw. Djago tua ini sudah lantas bertepuk tangan dan tertawa besar. Iapun memudji tinggi : „Tjioe Pangtauw, bagus pikiranmu !”

„Bagus !” Too Liong menjambung, „Dimana semua saudara sudah menjatakan akur, baiklah, aku jang akan memulai mentjoba² ! Tuan², harap kamu tidak menertawakan aku, Aku hendak mempertundjukkan keburukanku !” Lantas ia menimpuk sambil berteriak : „Lihat aku pilih hatinja !”

Dengan berkelebat, golok menjambar kearah bokpay, lalu terdengar suara sendjata nantjap dipapan.

Menjusul itu, orang banjak — ialah pihak tuan rumah sendiri, — ,bertempik sorak. Timpukan itu tepat sekali mengenai hati jang diarah.

Too Liong puas bukan kepalang, ia tertawa besar.

„Lekas isikan tjawan ! Aku ingin lihat, tuan siapa hendak mentjoba, nanti kita beri selamat padanja dengan angkatan arak !”

Orang mengagumi Too Liong sebab ia menimpuk diantara tjahaja api jang memain tak hentinja, Tentunja ketua itu sudah melatih diri, tetapi ia toh benar² liehay.

Tjeng Loen tidak sabar menjaksikan lagak orang jang temberang itu. Ia berbangkit lalu madju beberapa tindak, Ia berdiri menghadapi Lok Tjiauw sidjuru pemisah, kemudian ia menoleh kekedua samping sambil bersenjum.

Ia kata: „Aku siorang she Tjian telah datang kemari, suka tjoba². Apa aku akan berhasil atau gagal, inilah aku tidak tahu, maka lebih dulu aku mohon sahabat² memaafkannja !” Ia lantas mengawasi bokpay, keningnja mengkerut, Ia berkata pula: „Saudara², sebatang golok sadja tidak tjukup, maka itu siapakah jang sudi memindjamkan lagi satu ?”

Teng Yang tahu saudara angkat itu ahli menggunakan panah