Halaman:Warisan Seorang Pangeran 02.pdf/17

Halaman ini telah diuji baca

peluru, maka ia mendahului berbangkit, untuk serahkan goloknja.

Dipihak Too Liang, semua orang bungkam, tjuma alis dan mata mereka memain. Mereka tidak ambil mumat permintaan piauwsoe itu. Melihat itu, Tjeng Loen menghampiri Lok Tjiauw.

„Lok Losejiaipwee, bolehkah aku pindjam golokmu ?” ia minta.

Lok Tjiauw adalah seorang djudjur, disamping itu, ia tidak ingin mendatangkan perasaan tak senang pada salah satu pihak, maka djuga melihat djumlah hadirin didua pihak, ia berkuatir untuk pihak siorang she Sim, hingga ia ingin sekali Teng Yang berhasil. Adalah kehendaknja. : tidak ada salah satu jang kelah, Maka itu, atas permintaan Tieng Loen, sambil tertawa ia serahkan goloknja. Ia malah manggut kepada piauwsoe itu.

Dengan mentjekal tiga batang golok, Tjeng Loen pergi kedepan pintu angin dari pendopo itu, dengan begitu, ia memisahkan diri dari bokpay lima atau enam tumbak djauhnja, lebih djauh daripada djarak Too Liong tadi, Tjeng Loen menghentikan tindakannja ditempat dimana ia tak dapat berdjalan terlebih djauh. Disitu, berpaling kekiri, kepada Too Liong semua, ia berkata sambil tertawa : „Aku jang rendah berkepandaian tjetek, dari itu aku tjuma hendal membantu meramaikan sadja, seperti memindjam bunga untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha ! Dengan inipun aku hendak mewakilkan Sim Hiantee menghaturkan beberapa thawan arak kepada tuan² semua. Djikalau dapat aku memberi selamat, itulah untung baik dari aku, kalau aku gagal, itu berarti aku rubuh !”

Tjeng Loen bersifat sembrono tetapi kali ini ia bisa mengatur kata²nja. Kemudian tanpa menantikan sambutan apa djuga dari pihak Tjeng Pang, sebatang goloknja ia selipkan dipinggangnja, dan kedua golok lainnja masing² ia tjekal dikedua tangannja, Mendadak ia berseru: „Lihat matanja!” lalu kedua tangannja itu terajun. Kedua golok itu terbang, disusul dengan suara nantjapnja dua sendjata diatas bokpay itu, tepat sekali dikedua matanja !

Mau tidak mau, semua hadirin bertepuk tangan, memudji dengan seruannja.

Selagi orang bersorak, Tjeng Loen memutar tubuhnja. Tangannja jang kanan mentjabut golok dipinggangnja, untuk terus dipakai Menimpuk sambil mulutnja memperdengarkan seruannja: „Satu lagi!”

Waktu orang melihat kearah bokpay, disana golok itu nantjap tepat dimulut gambar anak²an, hingga ketiga batang golok menan-

76