Halaman:Warisan Seorang Pangeran 03.pdf/11

Halaman ini belum diuji baca

kut piauw itu belum melewati sungai Tiang Kang atau aku telah kena dipegat To-tjoe Yan Tjoe Hoei, jang telah merampas semua uang emas itu. Perampasan sematjam itu adalah umum untuk kalangan kang-ouw, inilah aku mengerti. Aku djuga berterima kasih, bahwa aku telah diberi muka, ialah padaku didjandjikan dan diberi tempo satu bulan untuk datang meminta kembali piauw itu. Djumlah itu terlalu besar, aku tidak sanggup menggantinja, maka aku datang beberapa sahabat kekal, untuk dengan menebalkan muka, berangkat ke Sia Yang Ouw, guna memenuhi djandji pertemuan dengan Yan Totjoe itu. Kedjadian ini adalah kedjadian jang umum diantara pihak piauwkiok dan Rimba Hidjau. Hanja aku tidak tahu, didalam hal apa aku telah berlaku tak slajaknja terhadap tuan². Sekarang ditengah djalan ini, tuan² mengambil sikap ini ! Jang lebih heran, djuga Tong San Siang Koay dan Tjie-tjioe Soe Kiat telah turut tertjantum namanja didalam surat undangan. Tetapi sekarang mereka bersembunji, tak satu djuga diantaranja jang nampak......”

„Tutup mulut !” demikian suara teriakan jang datang dari atas tandjakan, sebelum piauwsoe itu berhemti bitjara. Menjusul suara itu, bagaikan terbangnja burung, tampak seorang muntjul, terus lompat turun dari tandjakan itu, hinnga saat lain dia sudah berdiri tegak dihadapan si piauwsoe kepala.

Rombongan piauwsoe pertjaja orang itu mestinja liehay, menjaksikan kelintjahannja sadja sudah tjukup mengagumkan. Orang itu bertubuh tinggi lebih daripada enam kaki, mukanja berewokan, romannja keren sekali. Ditangan kirinja ada sepasang tombak pendek mirip rujung, modelnja seperti tombak tjagak dari Tian Wie, itu pahlawannja Tjo Tjoh dari djaman Sam Kok. Terang sudah sendjata itu berat timbangannja.

Diantara rombongan adalah Hay Djiak Toodjin jang mengenali ini pemegat. Ia lantas menarik belakang badju Tjian Tjeng Loen sambil berkata dengan perlahan : „Tong San Siang Koay telah datang.........”

Orang itu tertawa dingin, terus berkata, suaranja njaring : „Tjian Tjongpiawutauw, untuk apa kau bawa adat disini ? Bukankah tentang asal-usul uang emas lima ribu tail itu telah Yan Tjoe Hoei djelaskan kepadamu sendiri ? Kenapa kau masih mentjoba mengundang orang² kosen hingga dengan begitu kau membikin urusan mendjadi bertambah besar ? Ketjewa kau mendjadi seorang tjianpwee dalam dunia piauwkiok !”

132