Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/8

Halaman ini tervalidasi

BAB I
LATAR BELAKANG

A. Sejarah

Tidak lama setelah Perjanjian Gianti ditanda-tangani pada tanggal 13 Pebruari 1755, Kanjeng Pangeran Aryo Mangkubumi dinobatkan menjadi raja pertama Kesultanan Mataram dengan gelar lengkap, Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Abdur Rahman Sayidin Panatagama Kalifatulah I. Disingkat, Sultan Hamengku Buwono I. Beliau membangun kraton dan ibukota kerajaan di daerah yang semula adalah hutan Beringin. Ibukota kerajaan diberi nama Ngayogyakarta Adiningrat.[1] Nama Ngayogyakarta sebenarnya berasal dari kata: Ing Ayogyakarta, yang berarti di Ayogyakarta.
Selama tiga puluh tujuh tahun memerintah (1755-1792), Sultan Hamengku Buwono I berusaha keras untuk menyemarakkan kehidupan sosial, ekonomi dan kebudayaan di ibukota kerajaan. Kiranya dalam rangka usaha Baginda itulah, Sri Sultan memperkenankan orang-orang Cina bermukim di ibukota kerajaan.
Sebagian dari orang-orang Cina itu, adalah golongan Sin-ke,[2] Sin-gek, sin-kek --- sing-kek. Sebagian lagi, adalah golongan Peranakan.
Kata Sin-ke yang berarti tamu baru,[3] menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang Cina totok yang merantau ke negeri asing. Kebanyakan golongan Sin-ke itu berasal dari daerah Fu Kien yang disebut Hokkian.[4] Namun mereka lebih suka menyebut dirinya sebagai T'ang-ke[5] atau Teng-lang, T'ang-ren. Karena menganggap bahwa dirinya masih keturunan kawula negara kekaisaran dinasti T'ang.[6]

  1. Soekanto, Sekitar Jogjakarta 1755-1825, Pen. Mahabarata, Djakarta - Amsterdam, 1952, halaman 27.
  2. Aquuie Boachi, "Mededeelingen over de Cllinezen op het -- Eiland Java", Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Vierde Deel, halaman 278-301, tahun 1856, hal. 280.
  3. Ibid.
  4. H.J. De Graaf, "Boekbespreking", DJAWA, 19e, Jaargang, Java - Institutt, Jogkjakarta, 1939, halaman 71.
  5. Aquuie Boachi, op cit, halaman 280.
  6. Magdalena Sukattono, keterangan lisan.

1