Mencapai Indonesia Merdeka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
mencapai indonesia merdeka
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
<strong>Mencapai Indonesia Merdeka</strong>
 
<i>Han</i><i>y</i><i>aHanya Rak</i><i>y</i><i>at</i>Rakyat <i>y</i><i>angyang mau merdeka </i><i>bisa merdeka.</i>
 
<i>Tilak</i>
Baris 20:
Maret 1933
 
<b>==1. SEBAB-SEBABN</b><b>Y</b><b>ASEBABNYA INDONESIA TIDAK MERDEKA</b>==
 
Professor Veth pernah berkata, bahwa sebenarnya Indonesia tidak pernah merdeka. Dari zaman purbakala sampai sekarang, dari zaman ribuan tahun sampai sekarang, – dari zaman Hindu sampai sekarang, maka menurut professor itu Indonesia senantiasa menjadi negeri jajahan: mula-mula jajahan Hindu, kemudian jajahan Belanda.
Baris 36:
syair mana berarti:
 
<i>"Di</i><i> </i><i>pantain</i><i>y</i><i>apantainya </i>tanah <i>J</i><i>awaJawa rak</i><i>y</i><i>atrakyat berdesak-desakan;</i>
 
<i>Datang selalu </i>tuan-tuannya <i>setiap masa:</i>
Baris 42:
<i>Mereka </i>beruntun-runtun <i>sebagai runtunan aware;</i>
 
<i>Tapi </i>anak-pribumi <i>sendiri ta</i><i>ktak </i><i>pernah k</i><i>u</i><i>asakuasa."</i>
 
Pendapat kita tentang pendirian ini? Pendapat kita ialah, bahwa professor yang pandai itu, yang memang menjadi salah satu "datuk"nya penyelidikan riwayat kita, ini kali salah raba. Ia lupa, bahwa adalah per­bedaan yang dalam sekali antara hakekatnya zaman Hindu dan hakekatnya zaman sekarang. Ia lupa, bahwa zaman Hindu itu tidak terutama sekali berarti suatu pengungkungan oleh kekuasaan Hindu, yakni tidak terutama sekali berarti suatu machtsusurpatie dari fihak Hindu di atas pundaknya fihak Indonesia. Ia lupa, bahwa di dalam zaman Hindu itu Indonesia sebenarnya adalah merdeka terhadap pada Hindustan, sedang di dalam zaman sekarang Indonesia adalah tidak merdeka terhadap pada negeri Belanda.
Baris 64:
pada waktu itu kebetulan sakit. Masyarakat Indonesia pada waktu itu adalah suatu masyarakat "in transformatie", yakni suatu masyarakat yang sedang asyik "berganti bulu": feodalisme-kuno yang terutama sekali feodalisme­nya Brahmanisme, yang tidak memberi jalan sedikitpun jua pada rasa-keperibadian, yang menginggap raja beserta bala-keningratannya sebagai titisan dewa dan menganggap Rakyat sebagai perkakas-melulu daripada "titisan dewa" itu, -feodalisme-kuno itu dengan pelahan­-pelahan didesak oleh feodalisme-baru, feodalismenya ke-Islam-an, yang sedikit lebih demokratis dan sedikit lebih memberi jalan pada rasa­ keperibadian. Pertempuran antara feodalisme-kuno dan feodalisme-baru itu, yang pada lahirnya mitsalnya berupa pertempuran antara Demak dan Majapahit, atau Banten dan Pajajaran -, pertempuran antara feodal­isme-kuno dan feodalisme-baru itulah seolah-olah membikin badan­ masyarakat menjadi "demam" dan menjadi "kurang-tenaga". Memang tiap-tiap masyarakat "in transformatie" adalah seolah-olah demam. Dan memang tiap-tiap masyarakat yang demikian itu adalah "abnormal", lem­bek, kurang-tenaga. Lihatlah mitsalnya "demamnya" dan lembeknya masyarakat Eropah di zaman abad-pertengahan tatkala masyarakat Eropah pada waktu itu "in transformatie" dari feodalisme ke-vroeg-kapitalisme, lihatlah "demam"-nya masyarakat Eropah itu juga satu-setengah-abad yang lalu tatkala "mlungsungi" dari vroeg-kapitalisme ke-modern-kapitalisme, lihatlah "demam"-nya masyarakat Tiongkok-sekarang yang juga sedang
 
<i>1) </i><i> </i><i>Buat jelasn</i><i>y</i><i>ajelasnya imperialisme, lihatlah sa</i><i>y</i><i>a</i><i>saya </i><i>pun</i><i>y</i><i>apunya pleidooi, hoofdstuk II. Seka</i><i>rangSekarang "Indonesia Menggugat", Red.</i>
 
"berganti bulu" masuk ke tingkat kapitalisme. Tubuh masyarakat memang tak beda dari tubuh manusia, tak beda dari sesuatu tubuh yang hidup, yang juga tiap-tiap saat perobahannya membawa kesakitan dan kekurangan tenaga!
Baris 70:
Hairankah kita, kalau masyarakat Indonesia, yang pada waktu datang­nya imperialisme dari Barat itu kebetulan ada di dalam keadaan transfor­matie, tak cukup kekuatan untuk menolaknya? Kalau imperialisme Barat itu segera mendapat kedudukan di dalam masyarakat yang sedang bersakit demam itu? Kalau imperialisme Barat itu segera bisa menjadi cakra­warti di dalam masyarakat yang lembek itu? Satu-per-satu negeri-negeri di Indonesia tunduk pada cakrawarti yang baru itu. Satu-per-satu negeri­negeri itu lantas hilang kemerdekaannya. Satu-per-satu negeri-negeri itu lantas menjadi kepunyaannya Oost Indische Compagnie. Indonesia yang dahulunya, ondanks professor Veth, adalah Indonesia yang merdeka, pelahan-lahan menjadilah Indonesia yang semua daerahnya tidak mer­deka. Rakyat Indonesia yang dahulunya berkeluh-kesah memikul feodalismenya kerajaan dan keningratan bangsa sendiri, kini akan lebih-lebih lagi berkeluh-kesah memikul "berkah-berkahnya" stelsel imperialisme dari dunia Barat. Rakyat Marhaen, sebagai disyairkan oleh sahabatnya prof. Veth, boleh terus menyanyi:
 
<i>"Tapi anak-pribumi sendiri ta</i><i>ktak </i><i>pernah kuasa"</i><i> …</i>
 
Inilah asal-muasalnya kesialan nasib negeri Indonesia! Inilah pokok­ sebabnya permulaan negeri Indonesia menjadi negeri yang tidak merdeka: suatu masyarakat sakit yang kedatangan utusan-utusannya masyarakat yang gagah-perkasa, – utusan-utusan yang membawa keuletannya masyarakat yang gagah-perkasa, alat-alatnya masyarakat yang gagah-perkasa„ ilmu­ kepandaiannya masyarakat yang gagah-perkasa. Masyarakat yang sakit itu tidaklah lagi mendapat kesempatan menjadi sembuh, – masyarakat yang sakit itu malahan makin lama makin menjadi lebih sakit, makin habis semua "kutu-kutunya", makin habis semua tenaga dan energienya. Tetapi imperialisme yang menghinggapinya itu sebaliknya makin lama makin ber­sulur dan berakar, melancar-lancarkan tangannya ke kanan dan kekiri dan ke belakang dan ke depan, melebar, mendalam, meliputi dan menyerapi tiap-tiap bagian daripada masyarakat yang sakit itu. Imperialisme yang tatkala baru datang adalah imperialisme yang masih kecil, makin lama makin menjadi haibat dan besar, menjadi raksasa maha-shakti yang seakan-akan tak berhingga kekuatan dan energienya. Imperialisme-raksasa itulah yang kini menggetarkan bumi Indonesia dengan jejaknya yang seberat gempa, menggetarkan udara Indonesia dengan guruh suaranya yang sebagai guntur, – mengaut-aut di padang-kerezekian negeri Indonesia dan Rakyat Indonesia.
Baris 76:
Imperialisme-raksasa inilah yang harus kita lawan dengan keberaniannya ksatrya yang melindungi haknya!
 
<b>==2. DARI IMPERIALISME-TUA </b><b>K</b><b>EKE IMPERIALISME-MODERN</b>==
 
Tahukah pembaca bagaimana mekarnya imperialisme itu? Bagai­mana ia dari imperialisme-kecil menjadi imperialisme-raksasa, dari imperialisme-zaman-dulu menjadi imperialisme-zaman-sekarang, dari imperialisme-tua menjadi imperialisme-modern? Bagaimana imperialisme-tua itu berganti bulu sama sekali menjadi imperialisme-modern, yakni bukan sahaja berganti besarnya, tetapi juga berganti wujudnya, berganti sifatnya, berganti caranya, berganti sepak-terjangnya, berganti wataknya, berganti stelselnya, berganti sistimnya, berganti segala-galanya, – dan hanya satu yang tidak berganti padanya, yakni kehausannya men­cahari rezeki?
Baris 86:
Tak berhenti-henti, begitulah saya tempohari menulis dalam saya punya pleidooi tak berhenti-henti modern-imperialisme itu memukul-mukul di atas pintu-gerbang Indonesia yang kurang lekas dibukanya, tak berhenti­henti kampiun-kampiunnya modern-imperialisme yang tak sabar lagi itu menghantam-hantam di atas pintu-gerbang itu, tak berhenti-henti penjaga­-penjaga pintu-gerbang itu saban-saban sama gemetar mendengar de­ngungnya pekik "naar vrij arbeid!", "kearah kerja-merdeka!" daripada kaum-kaum modern-kapitalisme yang tak mau memakai lagi sistim kuno yang serba paksa itu, melainkan ingin mengadakan sistim baru yang me­makai "kaum-buruh merdeka", "penyewaan tanah merdeka", "persaingan merdeka", d.l.s. Dan akhirnya, pada kira-kira tahun 1870, dibukalah pintu­ gerbang itu! Sebagai angin yang makin lama makin meniup, sebagai aliran sungai yang makin lama makin membanjir, sebagai gemuruhnya tentara menang yang masuk ke dalam kota yang kalah, maka sesudah Agrarische wet dan Suikerwet-de-Waal di dalam tahun 1870 diterima baik oleh Staten­Generaal di negeri Belanda, masuklah modal-partikelir di Indonesia, – mengadakan paberik-paberik gula di mana-mana, kebon-kebon teh di mana-mana, onderneming-onderneming tembakau di mana-mana, dan lain seba­gainya; tambahan lagi modal-partikelir yang membuka macam-macam perusahaan tambang, macam-macam perusahaan kereta-api, tram, kapal, atau paberik-paberik yang lain-lain. Imperialisme-tua makin lama makin layu, makin lama makin mati, imperialisme-modern mengganti tempat­-tempatnya: Tjara-pengambilan rezeki dengan jalan monopoli dan paksa makin lama makin diganti cara-pengambilan rezeki dengan jalan per­saingan-merdeka dan buruh-merdeka, cara-pengambilan rezeki yang menggali untung bagi "negeri" Belanda makin lama makin mengerut, terdesak oleh pengambilan rezeki secara baru yang mengayakan modal­ partikelir.
 
<b><i>1) </i></b><i>Contingent = Serupa pajak, diba</i><i>y</i><i>ardibayar dengan barang-barang hatsil-bumi oleh </i><i>Kepala-kepala.</i>
 
<b><i>2) </i></b><i>Leverantien = Kepala-kepala dipastikan setor barang-barang hatsil-bumi </i><i>y</i><i>angyang </i><i>dibeli oleh Compagnie. Tetapi ban</i><i>y</i><i>akn</i><i>y</i><i>abanyaknya dan hargan</i><i>y</i><i>aharganya barang itu Compagnie-lah </i><i>y</i><i>angyang menentukan!</i>
 
Cara pengambilan berobah, sistimnya berobah, wataknya berobah, – tetapi banyakkah perobahan bagi Rakyat Indonesia? Banjir-harta yang keluar dari Indonesia bukan semakin surut, tetapi malahan makin besar, drainage Indonesia malahan makin makan! "Tak pernahlah untung-bersih itu mengalirnya begitu deras sebagai justru di bawah pimpinannya exploi­tant <i>baru </i>itu; aliran itu<sup>7</sup>hanyalah melalui jalan-jalan yang lebih tenang", begitulah seorang politikus pernah menulis.
Baris 141:
Apa yang ternyata dengan angka-angka ini? Dengan angka-angka ini ternyatalah apa yang saya katakan di atas: bahwa Indonesia adalah terutama sekali tempat penanaman modal asing, yang niscaya barang-hatsilnya lalu dibawa keluar; bahwa Indonesia dus dihinggapi imperialisme yang teru­tama sekali mengekspor, imperialisme yang di dalam masa yang "normal" rata-rata dua kali jumlah harganya rezeki yang ia angkuti keluar daripada yang ia masukkan kedalam; bahwa Indonesia dus sangat sekali menderita drainage.
 
<b><i>1) </i></b><i>Impor = baring </i><i>y</i><i>angyang dimasukkan (Indonesia afzetgebied). </i><i>Ekspor = barang </i><i>y</i><i>angyang dibawa keluar (Indonesia exploitatiegebied).</i>
 
<b><i>2) </i></b><i>Malaise!</i>
 
Amboi, rata-rata dua kali gandanya ekspor daripada impor!- begitu­lah saya tempohari menulis dalam <i>"Suluh Indonesia Muda"</i><i></i><i>, </i>rata-rata dua kali gandanya ekspor daripada impor, bahwasanya, memang suatu ban­dingan yang celaka sekali, suatu bandingan yang memang memegang rekor daripada semua drainage yang ada di seluruh muka bumi! Indonesia yang celaka! Sedang bandingannya ekspor/impor di negeri-negeri jajahan yang lain-lain ada "mendingan", sedang bandingan itu di dalam tahun 1924
 
buat Afrika Selatan adalah 118,7/100
Baris 377:
Sedang bagi Marhaen, yang membanting tulang dan berkeluh-kesah mandi keringat bekerja membikinkan untung sebesar itu, rata-rata di dalam zaman "normal" tak lebih dari delapan sen seorang sehari.
 
<b>==3. "INDONESIA, TANAH </b><b>Y</b><b>ANGYANG MUL</b><b>Y</b><b>AMULYA,</b>==
 
<b>TANAH </b><b>K</b><b>ITAKITA </b><b>Y</b><b>ANGYANG RA</b><b>Y</b><b>ARAYA;</b>
 
<b>DI</b><b> </b><b>SANALAH </b><b>K</b><b>ITAKITA BERADA,</b>
 
<b>UNTUK</b><b> </b><b>SELAMA-LAMAN</b><b>Y</b><b>ALAMANYA<sup>,</sup>"</b>
 
Ya, di dalam zaman "normal", sebelum meleset, tak lebih dari delapan sen seorang sehari. Dan inipun bukan hisapan-jempol kaum pembohong, bukan hasutannya kaum penghasut, bukan agitasinya pemimpin-agitator. Ini ialah suatu kenyataan yang nyata dan yang telah dibuktikan oleh ahli ­pengetahuan bangsa Belanda sendiri. Memang siapa yang bertulus hati dan bukan orang munafik dan durhaka haruslah mengakui keadaan itu. Memang hanya orang munafik dan durhaka sahajalah yang tak berhenti­henti berkemak-kemik: "Indonesia sejahtera, Rakyatnya kenyang-senang."
Baris 419:
Dan Dr. Huender-pun tidak berdiri sendiri; puluhan orang bangsa Belanda lain yang juga berpendapat demikian; puluhan orang bangsa
 
<b><i>1) </i></b><i>I</i><i>niIni pendapatan Marhaen tani. Kalau diambil semua Marhaen, rata-rata </i>
 
<i>f 161.‑</i>
 
<b><i>2) </i></b><i>"Kerja-desa", </i><i></i><i> desa-diensten, mitsaln</i><i>y</i><i>amitsalnya ronda, bikin betul jalan-desa, mem­</i><i>bi</i><i>ki</i><i>nbikin jembatan-desa dll. </i><i></i><i> oleh Dr. Huender di-"rupakan uang", lalu dimasukkan </i><i>di</i><i> </i><i>sini.</i>
 
<b><i>3) </i></b><i>Marhaen, binin</i><i>y</i><i>abininya dan anakn</i><i>y</i><i>aanaknya </i><i>y</i><i>angyang rata-rata 3 orang.</i>
 
Belanda lain yang juga mengakui bahwa Marhaen adalah papa-sengsara. Tapi tidak ada gunanya menyebutkan nama-nama itu satu persatu di dalam risalah yang akan dibaca oleh katun Marhaen. Kaum Marhaen sendiri merasakan kepapaan dan kesengsaraan itu saban hari, saban jam, saban menit. Kaum Marhaen sendiri merasakan saban hari, bagaimana mereka kekurangan segala-galanya, – kekurangan bekal-hidup, kekurangan pa­kaian, kekurangan benda rumah-tangga, kekurangan bekal pendidikan anaknya, kekurangan tiap-tiap keperluan-manusia walau yang paling seder­hanapun jua adanya.
Baris 515:
Bahwasanya, kamu boleh menyanyi:
 
<i>"Indonesia, tanah </i><i>y</i><i>angyang mul</i><i>y</i><i>amulya, </i><i>Tanah </i><i>kita</i> <i>y</i><i>angyang ka</i><i>y</i><i>akaya;</i>
 
<i>Di</i><i> </i><i>sanalah kita berada,</i>
 
<i>Untuk selama-laman</i><i>y</i><i>alamanya!" .</i>
 
<b>==4. "DI TIMUR MATA</b><b>H</b><b>ARIMATAHARI MULAI BER</b><b>C</b><b>A</b><b>HY</b><b>ABERCAHYA,</b>==
 
<b>BANGUN DAN BERDIRI, KAWAN SEMUA"</b>
Baris 533:
Tidak, memang tidak! Itu "suruhan suci" hanyalah omong-kosong belaka, itu "mission-sacree" hanyalah buat menjaga kedudukannya im­perialisme sahaja. Sebab tidak ada satu imperialisme di muka bumi yang
 
<i>1) Mission-sacree = Suruhan su</i><i>c</i><i>isuci.</i>
 
bisa terus-menerus mengambili rezeki sesuatu Rakyat, sehingga Rakyat itu t a h u dan I n s y a f bahwa rezekinya diambili dan diangkuti; tidak ada satu imperialisme yang "tahan lama", bilamana Rakyat insyaf bahwa badannya adalah sebagai pohon yang dihinggapi kemadean yang hidup daripada ia punya zat-zat-hidup. Maka oleh karena itulah Rakyat lantas di-injeksi tak berhenti-henti, bahwa imperialisme datangnya ialah buat memenuhi suatu "suruhan yang suci" mendidik Rakyat itu dari kebodohan ke arah kecerdasan, mendidik Rakyat itu dari kemunduran ke arah kema­juan.
Baris 591:
Fajar mulai menyingsing. Sambutlah fajar itu dengan kesadaran, dan kamu akan segera melihat matahari terbit.
 
<b>==5. GUNAN</b><b>Y</b><b>AGUNANYA ADA PARTAI</b>==
 
Kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin hidup yang lebih layak dan sempurna. Kita bergerak tidak karena "ideal" sahaja, kita bergerak karena ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup minimum seni dan cultuur, – pendek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib di dalam segala bagian-bagian dan cabang-cabangnya.
Baris 605:
Pertama­-tama oleh kemauannya dan tenaganya masyarakat sendiri, oleh "immanente krachten" masyarakat sendiri, oleh "kekuatan-kekuatan rahasia" daripada masyarakat sendiri. Tetapi tertampak-keluarnya, lahirnya, jasmaninya, oleh suatu pergerakan Rakyat-jelata yang radikal, yakni oleh massa aksi. Tidak ada suatu perobahan besar di dalam riwayat-dunia yang ahir-akhir ini, yang lahirnya tidak karena massa-aksi. Tidak ada trans­formatie di zaman akhir-akhir ini, yang zonder massa-aksi. Massa-aksi adalah senantiasa menjadi penghantar pada saat masyarakat-tua melangkah ke dalam masyarakat yang baru. Massa-aksi adalah senantiasa menjadi paraji <sup>1</sup>) pada saat masyarakat-tua yang hamil itu melahir­kan masyarakat yang baru. Perobahan di dalam zaman Chartisme di Inggeris di dalam zaman yang lalu, perobahan rubuhnya feodalisme di Perancis diganti dengan stelsel burgerlijke democratie, perobahan-perobahan matinya feodalisme di dalam negeri-negeri Eropah yang lain, perobahan­perobahan rontoknya stelsel kapitalisme bagian perbagian sesudah perge­rakan proletar menjelma di dunia, – perobahan-perobahan itu semuanya adalah "diparajii" oleh massa-aksi yang membangkitkan sap-sapan daripada Rakyat. Perobahan-perobahan itu dibarengi dengan gemuruhnya banjir pergerakan Rakyat-jelata.
 
<i>1)</i> <i>Paraji </i><i></i><i> bahasa Sunda. Artin</i><i>y</i><i>aArtinya dukun beranak.</i>
 
Maka kitapun, bilamana kita ingin mendatangkan perobahan yang begitu maha-besar di dalam masyarakat sebagai gugurnya stelsel imperial­isme dan kapitalisme, kita p u n harus bermassa-aksi.
Baris 649:
Partai yang demikian itulah yang menuntun pergerakan Rakyat-jelata, merobah pergerakan Rakyat-jelata itu dari onbewust menjadi bewust,
 
<i>1)</i> <i>Haluan "amuk-amukan".</i>
 
memberikan pada Rakyat-jelata b e n t u k a n alias konstruksi dari­pada pergerakannya, membikin terang pada Rakyat-jelata a p a yang dituju dan bagaimana harus menuju, menjelmakan pergerakan Rakyat-jelata yang tahadinya hanya ragu-ragu dan raba-raba sahaja men­jadi suatu massa-aksi yang bewust dan insyaf,-suatu massa-aksi, yang oleh karenanya, segera memetik kemenangan.
Baris 655:
Partai yang demikian itulah partai Yang dibutuhkan oleh kaum Marhaen!
 
<b>==6. INDONESIA-MERDEKA </b><b>SUATU</b><b> JEMBATAN</b>==
 
Bentukan <i>alias </i>konstruksi! Bentukan yang pertama ialah, sebagai sudah saya kemukakan, bahwa maksud pergerakan kita haruslah: suatu masyarakat yang adil dan sempurna, yang tidak ada tindasan dan hisapan, yang tidak ada kapitalisme dan imperialisme. Kita ber­gerak, – begitulah tahadi juga sudah saya katakan -, tidak karena "ideal" yang ngalamun, tetapi karena kita ingin
Baris 721:
Inilah bentukan-bentukan dari kita punya pergerakan, yang harus sangat kita perhatikan.
 
<b>==7. SANA MAU </b><b>K</b><b>E</b><b>KE </b><b>SANA, SINI MAU </b><b>K</b><b>E</b><b>KE </b><b>SINI</b>==
 
Tetapi sekarang timbul pertanyaan: bagaimana kita melaksanakan, menjelmakan, merealisasikan tiga bentukan itu? Bagaimana kita mendatangkan masyarakat yang bebas dari kapitalisme-imperialisme, bagai­mana kita yang mewaris politieke macht, bagaimana, lebih
Baris 766:
mereka punya semboyan, Sinn fein, yang berarti "kita sendiri".
 
<i>1) </i><i>Tidak semua orang </i><i>y</i><i>angyang tidak duduk dalam raad atau tidak kerja pada </i><i>gupermen (mitsaln</i><i>y</i><i>amitsalnya tukang soto), ada orang "non"</i><i> </i>
 
"Kita sendiri!", itulah gambarnya mereka punya politik; politik tidak mau bekerja bersama-sama dengan Inggeris, tidak mau kooperasi dengan Inggeris, tidak mau duduk di dalam parlemen
Baris 808:
suatu imperialistisch congress di kota Parijs memperkuat lagi "pembicaraan" ini: "Negeri-negeri yang ber­koloni harus rukun satu sama lain … Mereka kini tak boleh bermusuh­-musuhan lagi, tetapi harus bekerja bersama-sama." Dan duabelas bulan yang lalu pula, Colijn mengeluarkan nyanyian yang sama lagunya. Maka oleh karena itu, jikalau raksasa-raksasa-imperialisme bekerja bersama-sama, marilah kita, korban-korbannya raksasa-raksasa-imperialisme itu, juga bekerja bersama-sama. Marilah kita juga mengadakan eenheidsfront daripada prajurit-prajurit kemerdekaan Azia. Jikalau Banteng Indonesia sudah bekerja bersama-sama dengan Sphinx dari negeri Mesir, dengan Lembu Nandi dari negeri India, dengan Liong­ Barongsai dari negeri Tiongkok, dengan kampiun-kampiun kemerdekaan
 
<i>1) </i><i>Pertimbangan lain buat mengadakan opendeur-politiek itu ialah buat mengadakan politiek "evenwicht", </i><i>y</i><i>aituyaitu supa</i><i>y</i><i>asupaya Indonesia jangan "</i><i>d</i><i>iambildiambil" oleh sesuatu imperialisme lain</i>
 
dari negeri lain, – jikalau Banteng Indonesia bisa bekerja bersama-sama dengan semua musuh kapitalisme dan internasional ­imperialisme di seluruh dunia -, wahai, tentu hari-harinya internasional-imperialisme itu segera terbilang!
Baris 814:
Nah, inilah kesendirian yang sejati, keperibadian yang sejati: percaya pada kekuatan sendiri, percaya pada kemampuan sendiri, seboleh-boleh dan sebanyak-banyak bekerja sendiri,- tetapi mata melihat keluar pagar, tangan dilancarkan keluar pagar itu jikalau berfaedah dan perlu. Keperibadian inilah yang harus mengganti kedirian yang bersemangat katak!
 
<b>==8. MACHTSVORMING. RADIKALISME. MASSA-AKSI</b>==
 
Sana mau ke sana, sini mau ke sini, – begitulah gambarnya pertentangan di sesuatu koloni. Pertentangan inilah yang tahadi membawa kita ke atas padangnya politik selfhelp dan non-cooperation. Tetapi perten­tangan itu membawa kita juga ke dalam kawah candradimukanya politik­machtsvorming, radikalisme dan massa-aksi.
Baris 842:
Maka oleh karena itulah kaum Marhaen Indonesia, yang di dalam politiknya selamanya harus jauh sekali daripada pengalamunan jang ber­tentangan dengan keadaan yang nyata, yang selamanya harus berdiri di atas bumi yang nyata dan tidak boleh terapung-apung di atas awannya gagasan, harus menolak politik otak-angin daripada kaum lunak itu, dan menja­lankan politik mentah sementah-mentahnya, yaitu: menyusun di muka machtnya imperialisme itu m a c h t n y a kaum Marhaen pula. Memang yang sebenar-benarnya disebutkan politik, itu bukanlah kepandaian putar lidah, bukan kepandaian menggerutu dengan hat dendam terhadap pada kaum sana, bukan kepandaian tawar-menawar, tetapi politik buat kaum Marhaen hanyalah menyusun machtsvorming dan mem­perusahakan machtsvorming itu,- machtsvorming yang ter­pikul oleh a z a s yang r a d i k a l. Jawaharlal Nehru, itu pemimpin Rakyat India, pernah berkata: "Dan jikalau kita bergerak, maka haruslah kita selamanya ingat, bahwa cita-cita kita tak dapat terkabul, selama kita belum mempunyai k e k u a s a a n yang perlu untuk mendesakkan terka­bulnya cita-cita itu. Sebab kita berhadap-hadapan dengan musuh, yang tak sudi menuruti tuntutan-tuntutan kita, walaupun yang sekecil-kecilnya. Tiap-tiap kemenangan kita, dari yang besar-besar sampai yang kecil­-kecil, adalah hatsilnya d e s a k a n dengan kita punya tenaga. Oleh karena itu dan prinsip sahaja buat saya belum cukup. Tiap-tiap orang bisa menutup dirinya di dalam kamar, dan menggerutu ini tidak menurut teori, itu tidak menurut prinsip. Saya tidak banyak menghargakan orang yang demikian itu. Tetapi yang paling sukar ialah, di muka musuh yang kuat dan membuta-tuli ini, menyusun suatu macht yang terpikul oleh suatu prinsip. Keprinsipiilan dan keradikalan zonder machtsvorming yang bisa menundukkan musuh di dalam perjoangan yang haibat, bolehlah kita buang ke dalam sungai Gangga. Keprinsipiilan dan keradikalan yang menjelmakan kekuasaan, itulah kemauan Ibu!"
 
<i>1) </i> <i>Artin</i><i>y</i><i>aArtinya concessie: Kalau si</i><i> </i><i>musuh, karena d e</i><i> </i><i>s a k a n kita, lantas m e </i><i>n</i><i> </i><i>u</i><i> </i><i>r u t i sebagian atau semua tuntutan-tuntutan kit</i><i>a</i><i>kita, maka si</i><i> </i><i>musuh itu adalah </i><i>menjalankan concessie.</i>
 
Perkataan Jawaharlal Nehru ini adalah perkataan yang cocok sekali buat perjoangan Marhaen di Indonesia melawan musuh yang juga kuat dan membuta-tuli itu. Juga kita kaum Marhaen Indonesia tak cukup dengan menggerutu sahaja. Juga kita harus menjelmakan azas atau prinsip kita ke dalam suatu machtsvorming yang maha kuasa. Juga kita harus insyaf seinsyaf-insyafnya, bahwa imperialisme tak dapat dialahkan dengan azas atau prinsip s a h a j a, melainkan dengan machtsvor­ming yang terpikul oleh azas atau prinsip itu!
Baris 874:
ng­openbaar yang berbarengan", massa-aksi bukanpun suatu kejadian yang boleh "diperintahkan" harus mulai pukul sembilan neng pagi-pagi! Massa­aksi tidak bisa "diperintahkan" atau "dibikin" orang, tidak bisa dipa­berikkan oleh pemimpin, tidak bisa "harus mulai pukul sembilan neng", massa-aksi adalah didalam hakekatnya bikinan m a s y a r a k a t yang mau melahirkan masyarakat baru, dan karenanya butuh akan "seorang paraji". Massa-aksi adalah aksinya Rakyat-jelata yang, karena kesengsaraan, telah terluluh menjadi satu jiwa baru yang radikal, dan bermaksud "memarajikan" terlahirnya masyarakat baru!
 
<i>1) </i><i>August Bebel.</i>
 
Tidak! Kaum lunak dengan kelunakannya itu memang tidak bisa "mengadakan" massa-aksi, mereka memang tidak bisa menjadi motor­nya massa-aksi, mereka memang tidak terpanggil oleh riwayat untuk menjadi motornya massa-aksi, – w a l a u p u n mitsalnya perhimpunannya beranggauta ribuan, ketian, jutaan! Sebab – tahadi sudah saya terang­kan massa-aksi adalah meminta radikalisme, berisi radikalisme, voor­onderstellen radicalisme. Paling mujur kaum lunak itu dengan kelunakannya, kalau bisa menggerakkan beribu-ribu Rakyat-jelata, hanya melahirkan massa-aksi belaka.
Baris 976:
Ya, di dalam massa-aksi ada faedahnya juga banyak bergembar-gembor! Gemborkanlah juga gurungmu sampai sua­ramu memenuhi alam, gerakkanlah juga penamu sampai ujungnya menyala-nyala. Kaum reformis mengejekkan kamu, bahwa kamu terlalu banyak bergembar-gembor? Haha, itu kaum ngalamun! Tidak menge­tahui bahwa tiap-tiap massa-aksi di tiap-tiap waktu pergolakan adalah berupa banyak mengorganisasi d a n banyak bergembar-gembor, banyak menyusun, banyak mendirikan, banyak krachten-constructie dan-fonnatie dan-combinatie, tetapi juga banyak bergembar-gembor dengan mulut dan dengan pena. Biar mereka mengejek, biar mereka terus ngalamun, merekapunya politik toch segera akan kedinginan di dalam kabut-pengala­munannya itu. Dan mereka menyebutkan kita kaum "destructief", yakni kaum yang "hanya bisa merusak sahaja", katanya tidak "constructief" se­perti mereka, yang "politik"nya ada "buktinya" yang berupa rumah-sakit atau warung-koperasi atau bank atau rumah anak-yatim?
 
<i>1) </i><i>Die Verelendung wird zu ether Ursache der Radikalisierung der Massen, </i><i>aber nur deshalb, weil </i><i>die </i><i>Massen die wachsende Verelendung nicht passiv ertragen, </i><i>sondern einen taglichen Kampf gegen die Verelendung fiihren.</i><i> </i>
 
0, perkataan jampi-jampi, o, perkataan peneluh, o, perkataan mantram, o, tooverwoord "constructief" dan "destructief", – begitulah saya pernah marah-marah dalam S.I.M.<sup>1)</sup> dan F.R.<sup>2</sup> Sebagian besar daripada pergerakan Indonesia kini seolah-olah kena dayanya tooverwoord itu, seba­gian besar daripada pergerakan Indonesia seolah-olah kena gendhamnya mantram itu! Sebagian besar daripada pergerakan Indonesia mengira, bahwa orang adalah "constructief" hanya kalau orang mengadakan barang-barang yang boleh d i r a b a sahaja, yakni h a n y a kalau orang mendirikan warung, mendirikan koperasi, mendirikan sekolah-tenun, men­dirikan rumah anak-anak-yatim, mendirikan bank-bank dan lain-lain sebagainya sahaja, pendek-kata hanya kalau orang banyak mendirikan badan-badan sosial sahaja! -, sedang kaum propagandis politik yang sehari-ke sehari "cuma bitcara sahaja" di atas podium atau di dalam surat-kabar, yang barangkali sangat sekali menggugahkan k e i n s y a f a n politik daripada Rakyat-jelata, dengan tiada ampun lagi diberinya cap "destructief" alias orang yang "merusak" dan "tidak mendirikan suatu apa"!
Baris 996:
Dan kaum reformis boleh terus mengejek atau menggerutu!
 
<b>==9.</b> <b>DI</b><b> </b><b>SEBERANGN</b><b>Y</b><b>ASEBERANGNYA JEMBATAN EMAS</b>==
 
Ya, kaum reformis boleh terus mengejek dan menggerutu, sebagai kaum reformis India mengejek dan menggerutu, tapi kemudian kedinginan di dalam kabut-pengalamunannya, tatkala Jawaharlal Nehru di dalam National Congress yang ke 44 menjatuhkan vonnis maha-berat di atas pundak mereka dengan kata-kata: "Saya seorang nasionalis. Tetapi saya juga seorang sosialis dan republikein. Saya tidak percaya pada raja-­raja dan ratu-ratu, tidakpun pada susunan masyarakat yang mengadakan raja-raja-industri yang berkuasa lebih besar lagi dari raja-raja di za­man sediakala Saya seorang nasionalis, tetapi nasionalisme saya adalah nasionalisme radikal daripada si melarat dan si lapar, yang bersumpah membongkar susunan masyarakat yang menolak padanya sesuap nasi!" Memang tiap-tiap orang, yang di dalam abad keduapuluh ini masih berani bernasionalisme ngalamun-ngalamunan dan takut akan nasionalisme ­radikal yang mentah-mentahan, akhirnya akan kedinginan tertinggal oleh hangatnya proses natuur sendiri, ia akhirnya binasa tertinggal oleh hangat­nya proses natuur sendiri. Memang natuurnya abad keduapuluh bukanlah pengalamunan yang manis sebagai di zaman wayang-wayangan, – natuurnya abad keduapuluh adalah rebutan hidup cang mentah-mentahan. Memang Marhaen bergerak, – begitulah di atas telah saca kemukakan tidak karena "ideal-idealan", tidak karena "cita-citaan", Marhaen bergerak ialah tak lain tak bukan buat mencari hidup dan mendirikan hidup. Hidup kerezekian, hidup kesosialan, hidup kepolitikan, hidup kekulturan, hidup keagamaan, – pendek-kata hidup kemanusiaan yang leluasa dan sempurna, hidup-kemanusiaan yang secara manusia dan selayak manusia.
Baris 1.064:
itu dengan tak jemu-jemu menunjukkan kejahatan individualisme, membongkar-bongkar kejahatannya kapitalisme, menganjurkan dan memfiilkan pekerjaan bersama, mendirikan dan menjalankan koperasi-­koperasi yang radikal, mendirikan dan memperjoangkan vakbond-vakbond dan sarekat-sarekat-tani radikal,— terutama koperasi-radikal, vakbond radikal, sarekat tani radikal ! -, pendek-kata mulai sekarang dengan cara radikal menjelmakan Insan-manusia-masyarakat di dalam tiap-tiap per­joangannya, di dalam tiap-tiap sepak-terjangnya, di dalam tiap-tiap poli­tiknya.
 
<i>1) </i><i>Buat arti "revolusioner" lihatlah sa</i><i>y</i><i>asaya pun</i><i>y</i><i>apunya pleidooi.</i>
 
<i>2) </i><i>Individualisme = perseorangan dir</i><i>i</i><i>diri.</i>
 
Strijdprogram dan staatprogram partai-pelopor itu harus strijd­program dan staatprogramnya Manusia-masyarakat, strijdprogram dan staatprogram itu haruslah suatu oorlogsverklaring alias penan tangan­perang kepada segala macam individualisme. Segala azasnya partai, segala azas-perjoangannya partai, segala taktiknya partai, segala perjoangannya partai, – perjoangan mendatangkan Indonesia-Merdeka, perjoangan memberantas aturan-aturan yang jelek, perjoangan buat perbaikan-perbaikan-ini-hari d.1.s. -, segala gerak-bangkit jasmani dan rokhaninya partai itu haruslah suatu hantaman kepada individualisme, suatu malapetaka kepada individualisme, untuk keprabon Insan Manu­sia-masyarakat.
Baris 1.076:
Hiduplah sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi!
 
<b>==10. MEN</b><b>C</b><b>APAIMENCAPAI INDONESIA-MERDEKAI</b>==
 
Sekarang, kampiun-kampiun kemerdekaan, majulah ke muka, susun­lah pergerakanmu menurut garis-garis yang saya guratkan di dalam risalah ini. Haibatkanlah partainya Marhaen, agar supaya menjadi partai­-pelopornya massa. Hidupkanlah semua semangat yang ada di dalam dadamu, haibatkanlah semua kecakapan-mengorganisasi yang ada di dalam tubuhmu, haibatkanlah semua keberanian banteng yang ada di dalam nyawamu, tumpahkanlah semangat dan kecakapan-mengorganisasi dan keberanian-banteng itu ke dalam tubuhnya partai, tumpahkanlah kelaki­-lakian itu ke dalam badannya massa, agar supaya massa seolah-olah ketitisan kembali oleh segala kelaki-lakiannya dari zaman sediakala, ketitisan pula oleh kelaki-lakian baru daripada moderne massa-aksi. Kamu kampiun­-kampiunnya pena, gerakkanlah penamu setajam udung Jemparingnya Rama, kamu kampiun-kampiun organisator, susunlah bentengnya harapan Rakyat menjadi benteng yang menahan gempa, kamu kampiun-kampiun­nya mimbar, dengungkanlah suara-bantengmu hingga menggetarkan udara.
Baris 1.084:
Hidupkanlah massa-aksi, untuk mencapai Indonesia-Merdeka!
 
== Pranala luar ==
……………………………………………………………………
* https://archive.org/details/soekarnomentjapaiindonesiamerdeka/