Tiongkok: Pusaran Asia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 149:
Lain dari padi, diusahakan orang gandum, jelai, anfiun, kapas, ginseng, jagung, tembakau, kacang tanah, teh dan tebu. Pohon-pohon yang di hutan terutama cemara, palm (di daerah subtropis) dan di pegunungan tinggi ada tumbuhan alpina seperti di Eropah. Menurut istilah ilmu bumi, tumbuh-tumbuhan Tiongkok itu termasuk dalam ''daerah oriental'' dan ''palaeo-arctic''.
 
Sungai Yangtse untuk keadaan tumbuh-tumbuhan sama pentingnya dengan Hwangho, tapi dapat dilayari kapal jauh ke mudiknya; yang dapat dilayari 3000 km sampai ke kota [[:w:Yichang|Icang]]. Apabila salju di Tibet menjadi air dan hujan musim turun, air yang berlebih-lebih itu diatur alirnya oleh danau-danau ([[:w:Danau Dongting|Tungting]] dan [[:w:Danau Poyang|Poyang]]), sehingga tak timbul bencana banjir.
 
''Dari seluruh bumi Tiongkok itu, ada seperimanya yang dikerjakan oleh tani'', yaitu tanah alluvium di lembah-lembah, yang dibuat bertingkat-tingkat. Tani Tionghoa lebih suka kepada tanah rendah daripada tanah pegunungan.
 
Dari seluruh penduduk Tiongkok itu 3/4nya orang tani; yang diam di kota-kota hanya seperempatnya. Kota-kota itu padat-padat penduduknya dan kebanyakan kota yang besar-besar terletak terutama di Tiongkok Tengah dan Selatan, tempat perniagaan yang ramai. Revolusi di Tiongkok yang paling belakang dapat sokongan besar dari kaum tani yang miskin di luar kota-kota.
 
 
;Pegunungan dan padang pasir
 
Lima-perenam bagian Tiongkok itu adalah tanah pegunungan dan bukit-bukit. Selebihnya ialah lembah-lembah dan dataran-rendah yang subur. Propinsi Shantung di sebelah Timur laut, bergunung banyak dan ''kaya akan pelikan''. Di seluruh Tiongkok Tengah dan Selatan kita berjumpa dengan barisan gunung dan bukit yang tidak banyak lagi hutannya. Di barat daya terdapat dataran-tinggi Tibet yang terpencil letaknya. Di sebelah barat (propinsi Sinkiang) ada pegunungan Tienshan yang tinggi dan menjadi batas antara Tiongkok dan Sowyet Russia. Di sebelah Utara terdapat stepa-stepa Mongolia yang luas dengan gurun Gobi.
 
Seolah-olah kain panjang yang koyak-koyak, demikianlah sambung-bersambung lima buah gurun pasir dengan bukit-bukitnya mleintang seluruh benua Asia dan Afrika, dari jurusan timur laut sampai ke barat daya, yang diibaratkan orang juga sebagai palung sungai yang maha besar: Gobi, Taklamakan, padang pasir Thar, padang pasir Belutsyistan, Arab dan Sahara.
 
Di antara padang pasir yang banyak itu adalah Taklamakan yang paling jahat dan paling kejam, menurut cerita [[:w:en:Sven Hedin#First expedition|Sven Hedin]], yang menempuh daerah itu di tahun 1895. Dia bercerita sbb.:
 
"Pada tempat ini lekat ingatan saya yang paling mengerikan di antara segala pengalaman saya dalam 14 tahun lamanya hidup sebagai pengembara. Pada bulan April saya tinggalkan desa Merket akan menempuh Taklamakan. Pengiring saya adalah seorang pandu yang berpengalaman, empat orang bujang dan kami membawa 8 ekor unta dan perbekalan untuk dua bulan. Pada mulanya semuanya baik saja.
 
"Pada 23 April kami lalui sebuah danau. Di sini saya suruh orang saya mengisi tempat air untuk sepuluh hari dan setelah siap semuanya kami pun masuk lautan pasir itu, turun naik bukit pasir yang kadang-kadang sampai 60 meter tingginya. Tidak lama datanglah taufan yan gmenghembus pasir halus itu ke mana-mana dengan kuat dan terpaksalah kami menutup mulut, hidung dan telinga dengan kain, supaya jangan penuh pasir.
 
"Pada pagi hari saya periksa keadaan air dan saya terkejut ketika saya ketahui bahwa penunjuk jalan yang saya suruh menyimpan air untuk sepuluh hari, tidak menjalankan kewajibannya, melainkan hanya membawa perbekalan air untuk dua hari saja, sebab katanya dalam dua tiga hari lagi, kita akan sampai pada sebuah danau atau sungai. Akan tetapi setelah dua tiga hari itu lewat, ternyata tidaklah ada harapan sedikit juga akan dapat air.
 
"Oleh sebab itu air minuman kami bagilah seteguk-seteguk seorang sekali minum. Pada 27 April dua ekor unta terpaksa saya tinggalkan dengan banyak barang yang sayaa rasa tidak begitu perlu.
 
"Keesokan harinya datang pula taufan yang sangat dahsyat, sehingga siang hari itu menjadi gelap, lantaran udara penuh pasir halus dan kami terkubur dalam pasir beserta unta semuanya; untunglah sesudah itu kami dapat mengeluarkan diri dari timbunan pasir itu. Akan tetapi air minum tinggal sepertiga liter lagi. pada waktu air yang penghabisan itu dibagi-bagi, ternyata bahwa rasa haus itu tidak dapat dipuaskan.
 
"Tidak lama sesudah itu kami minum minyak yang telah apik dan berbau busuk. Sudah dua hari kami tidak minum air dan pikiran kami sudah kabur. Badan saya makin kering rasanya. Ada kami bawa sebotol air keras untuk minyak pembakar. Saya minum juga segelas minyak itu, selebihnya saya tumpahkan ke atas pasir sebab sama rasanya dengan racun.
 
"Minuman yang berbahaya itu menghabiskan tenaga saya. Waktu kafilah unta saya itu berangkat, tak dapat saya ikut lagi dengan berjalan lurus, melainkan saya merangkak. Saya dengan genta unta-unta itu nyaring bunyinya di udara, makin lama makin jauh dan kemudian hilang lenyap. Di keliling saya pasir, semuanya diam, hening, pasir, pasir, pasir, tidak lain dari pasir dan tidak ada habisnya.
 
"Setelah saya terbangun dan sedar lagi, saya ikutilah jejak unta-unta saya sampai ke puncak bukit dan jauh di seberang laut pasir itu, tampaklah oleh saya kafilah unta itu. Unta-unta itu meniarap di pasir. Pengiring saya yang bernama Kasim duduk di tanah, tangannya menutup mukanya, barangkali dia sudah gila. Sebentar ia menangis, sebentar lagi ia tertawa. Pengiring saya yang lain berlutut di tanah dan membaca doa, minta kepada Tuhan supaya diberi pertolongan.
 
"Habis akal kami maka kami sembelihlah ayam dan minum darahnya, kemudian kami potong domba dan minum darahnya, tapi rasanya pahit sekali dan busuk. anjing pun tidak mau meminumnya. Pengiring saya menampung kencing unta dan diminumnya.
 
"Penunjuk jalan sudah menjadi gila dan memasukkan pasir ke dalam mulutnya, katanya itu air. Dia dan Muhamad Syah meninggal di tempat itu. Malamnya Islam Bai tidak kuat lagi jalan dan tinggal sehingga saya dengan Kasim saja lagi yang dapat meneruskan perjalanan mencari air. Kerongkongan saya sangat kering, sehingga coklat yang ada dalam saku saya tidak dapat saya makan lagi.
 
"Pukul dua belas. Di tengah-tengah padang pasir yang luas itu kami karam seperti di laut. Kami tinggalkan unta-unta dan anjing dan jalan berdua."
 
== Pertanian ==