Max Havelaar/Bab 2: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Terjemahkan surat dalam bab 2. |
Terjemahkan sebagian lagi dari bab 2. |
||
Baris 46:
:''Keluarga kami taat beribadah pada Tuhan.''<ref>
{| style="width:100%; background:#FFE8FB;"
|3. "''Dass er'' – Stern muda – ''bei uns speisen kann''." Seperti itu seorang ''Herr'' Stromer, dalam karya yang disebutnya terjemahan ''Havelaar'' menggunakan kata-kata di atas. Orang yang membaca dapat mengetahui kalau penulis tak berwawasan itu tidak bisa membedakan antara ''pantalon'' dengan ''pantoffel'', mengganti begitu saja "witte mieren" menjadi 'schweinsnieren', dst. dst. lalu orang lain dapat menilai sendiri kualitas terjemahannya. Terlebih lagi ia meninggalkan begitu saja kira-kira 2/5 dari isi buku ''mir nichts dir nichts'', dan karenanya ''seluruh isi buku jadi tidak bisa dipahami. Saya mengusulkan supaya dirinya dipilih menjadi penulis asing termashyur.
Juga terjemahan perancis dari ''Nieuwenhuis'' dan ''Crisafulli''perlu banyak diperbaiki, tetapi tidak sampai seburuk terjemahan dalam bahasa Jerman. Sulit dipahami!
|}</ref>
Hal ini dapat jadi menarik untuknya, karena keluarga Stern adalah penganut Luther. Dan suratnya lalu saya kirim. Anda mengerti kalau Stern tua tidak bisa begitu saja pindah berelasi dengan Busselinck & Waterman, kalau putranya bekerja di kantor kami. Saya betul-betul ingin tahu apa jawabnya.
Kembali ke buku. Sejak beberapa waktu lalu kalau malam saya berjalan lewat Kalverstraat, dan memperhatikan toko bahan pangan yang menjual berbagai macam hal seperti misalnya ''Java, biasa, kuning, Cheribonaard, ditumbuk, dengan gabah'', sangat menarik, karena saya selalu menaruh perhatian pada apa saja. Di sana satu kali mata saya terantuk seorang pria, yang berdiri di depan toko buku dan sepertinya pernah berjumpa. Sepertinya dia juga mengenali saya, karena kami sempat saling berpandangan lama. Saya harus mengaku kalau sebelumnya terlalu sibuk memperhatikan gabah, untuk menyadari, apa yang saya lihat kemudian, pakaiannya yang sangat sederhana. Kalau tidak pasti saya langsung pergi begitu saja. Tiba-tiba saya teringat, kalau dia mungkin saja seseorang yang baru saja datang dari sebuah perusahaan Jerman, yang mencari perusahaan perantara yang dapat dipercaya. Dia juga kelihatan seperti orang Jerman, dan seperti sedang dalam perjalanan jauh. Rambutnya sangat pirang, bermata biru, dan dari gerak-gerik dan pakaiannya terlihat seperti orang asing. Sebagai ganti jas musim dingin, dia mengenakan syal di bahunya – Frits menyebutnya "shawl" tapi saya tidak ikut-ikutan – seperti baru datang dari jauh. Saya pura-puranya sedang bertemu calon pelanggan, dan memberinya kartu nama: ''Last & Co, perusahaan perantara kopi, Lauriergracht no. 37.'' Dia memegangnya di bawah cahaya lampu gas, dan berkata: "terima kasih, tetapi saya salah menduga. Tadinya saya pikir Anda adalah bekas teman sekolah dulu, tapi ... ''Last''? Itu bukan namanya."
– Maaf, kata saya – karena saya selalu sopan – saya adalah Tuan Droogstoppel, Batavus Droogstoppel. ''Last dan Co'' adalah nama perusahaan, tengkulak kopi, Lauriergr ...
Lebih lama memperhatikannya, makin saya yakin kalau pernah melihatnya. Tapi, anehnya, perilakunya yang tenang membuat saya seperti seolah mencium wewangian asing. Jangan tertawa, pembaca, segera Anda akan tahu kenapa. Saya yakin kalau dia tidak mengenakan wewangian atau sebangsanya, tapi ''toch'' saya membaui sesuatu yang harum, sesuatu yang jelas tercium, sesuatu yang mengingatkan saya pada ... ah sekarang saya ingat!
– Anda kan, teriak saya, yang menyelamatkan saya dari orang-orang Yunani?
– Ya betul, katanya, memang ''saya'' orangnya. Dan bagaimana kabar ''Anda''?
Ik vertelde dat we met ons dertienen op 't kantoor waren, en dat er
|