Kamus Banjar-Indonesia/Pendahuluan

Kamus Banjar-Indonesia  (1977)  oleh Abdul Djepar Hapip
Pendahuluan
PENDAHULUAN
I. BAHASA BANJAR.

 Bahasa Banjar (disingkat BB) ialah bahasa yang dipergunakan oleh suku Banjar. Secara geografis suku ini pada mulanya mendiami hampir seluruh wilayah Propmsi Kalimantan Selatan sekarang ini yang kemudian akibat perpindahan atau percampuran penduduk dan kebudayaannya di dalam proses waktu berabad-abad, maka suku Banjar dan BB tersebar meluas sampai ke daerah-daerah pesisir Kalimantan sepanjang bagian Selatan dan Timur, bahkan banyak didapatkan di beberapa tempat di pulau Sumatera yang kebetulan menjadi pemukiman orang-orang perantau dari Banjar, sejak lama. Menurut Cense[1] BB itu dipergunakan oleh penduduk sekitar Banjarmasin dan Hulu Sungai. Karena penyebaran penduduk, BR sampai di Kutai dan tempat-tempat lain di Kalimantan Timur. Sedang Den Namer[2] melokalisir BB itu - di samping daerah Banjarmasin dan Hulu Sungai sampai pula ke daerah Pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan Sampit yang secara administratif pemerintahan termasuk Propinsi Kalimantan Tengah sekarang ini.
 Kalau kita perhatikan pembicara-pembicara BB, maka dengan mudah kita mengidentifikasi adanya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan kelompok suku Banjar lainnya.
 Dan perbedaan itu dapat disebut sebagai dialek dad BB yang bisa dibedakan antara dua dialek besar yaitu: (1) dialek Bahasa Banjar Kuala (disingkat BK); (2) dialek Bahasa Banjar Hulu Sungai (disingkat BH). Dialek BK umumnya dipakai oleh penduduk "asli" sekitar kota Banjarmasin, Martapura dan Palaihari, sedangkan dialek RH adalah BB yang dipakai oleh penduduk di daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah-daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara serta Tabalong. Pemakai BH ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek yang oleh Den Hamer[3] disebut dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabio, Kalua, Kandangan, Tanjung, bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh "orang bukit" yaitu penduduk pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek BH pula. Dan mungkin subdialek baik BK maupun BH itu masih banyak lagi, kalau melihat masih banyaknya variasi pemakaian BB yang masih memerlukan penelitian yang lebih cermat dari para ahli dialektografi sehingga BR itu dengan segala subdialeknya bisa dipetakan secara cermat dan tepat.
 Berdasarkan pengamatan yang ada, pembedaan antara dialek besar BK dengan BH dapat dilihat paling tidak ada dua hal yaitu: (1) adanya perbedaan pada kosa kata tertentu; (2) perbedaan pada bunyi ucapan terhadap fonem tertentu. Di samping itu ada pula perbedaan lagu dan tekanan meskipun yang terakhir ini bersifat tidak membedakan (non distinctive).
 Perbedaan kosa kata antara kedua dialek BB ini misalnya pada contoh kata berikut ini:

BH BK
baduhara bakurinah 'dengan sengaja'
bibit jumput 'ambil'
bungas langkar
mulik
baik rupa
cantik
Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/9 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/10 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/11 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/12 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/13 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/14 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/15 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/16 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/17 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/18 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/19 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/20 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/21 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/22 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/23 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/24 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/25 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/26 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/27 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/28 Halaman:Kamus Banjar-Indonesia.pdf/29
  1. A.A.Cee - E.M. Uhienbeck, Critical Survey of Studies on the Language of Borneo, 'S-Gravenhage-Martinus Nijhoff. 1958, hal. 9.
  2. Ibid.
  3. Ibid.